Penyempurnaan perlu dilakukan demi menghindari munculnya penafsiran yang salah, dan demi mencegah kontroversi. (Baca: Nama Tuhan Dinilai Muncul karena Pengaruh Bahasa Tutur Suku Using)
"Disempurnakan saja namanya, berapa sih ongkosnya, enggak mahal kok," kata Ketua Umum LDII Abdullah Syam, saat membuka Musyawarah Wilayah LDII 2015 di Surabaya, Sabtu (29/8/2015).
Abdullah mengaku, nama dia sebenarnya juga berarti nama Tuhan, tapi karena disempurnakan dengan ditambah kata-kata "'Abdun" yang berarti hamba, lantas tidak menjadi multitafsir, Abdullah berarti hamba Allah. (Baca: Tuhan Bersikukuh Tak Mau Ganti Namanya)
LDII dalam hal ini mengaku sependapat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas kontroversi pemakaian nama Tuhan. Mereka mengimbau untuk mengganti, atau paling tidak menyempurnakan nama Tuhan. (Baca: MUI Usulkan Nama Tuhan Diganti Jadi Hamba Tuhan)
Kontroversi nama Tuhan mengemuka setelah ditemukan warga Banyuwangi, Jawa Timur, yang di kartu identitasnya bernama Tuhan. Dia seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi. (Baca: Nama Tuhan Jadi Populer Setelah KTP-nya Dipinjam Orang)
Selain di Banyuwangi, nama "Tuhan" juga dimiliki oleh warga Dusun Krajan, Desa Lambangkuning, Kecamatan Lumbang Probolinggo, Jawa Timur. (Baca: MUI Jatim: Nama Tuhan Harus Ditambah atau Diganti)
Baca Juga:
Setelah Tuhan di Banyuwangi, Kini Ada Saiton di Palembang