Menurut Ketua MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Bukhori, nama Tuhan dinilai kurang baik secara etika agama. (Baca juga: "Mereka Tidak Percaya Nama Saya Tuhan")
"Ditambah saja atau lebih baik diganti. Sebagai hamba, nama itu melanggar etika," katanya, Senin (24/8/2015).
Abdusshomad bahkan meminta petugas pencatatan sipil untuk menarik kartu identitas agar pemilik nama itu untuk sementara tidak dapat mengakses layanan apa pun.
"Biar sementara tidak dapat mengakses layanan pemerintah sampai dia mengganti namanya," kata Abdusshomad.
Dalam Islam, lanjutnya, tidak dipermasalahkan memakai nama "Tuhan" asalkan ada nama lain sebelum atau setelahnya agar tidak menimbulkan penafsiran yang tunggal. Dia mencontohkan nama "Ghofur", yang sebetulnya nama sebutan Tuhan yang berarti pemberi ampun. Namun, di depan nama itu harus ditambah "Abdul" sehingga menjadi "Abdul Ghofur" yang berarti "hamba pemberi ampun".
Seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, mendadak tersohor dan banyak diperbincangkan karena bernama Tuhan. Ayah dua anak itu merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dari pasangan Jumhar dan Dawiyah.
Dia mengaku tidak mengetahui alasan bapak dan ibunya memberikan nama Tuhan kepada dirinya. Dia juga mengaku bahwa selama ini dirinya tidak merasa aneh dengan nama yang disandangnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.