Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan untuk Warga yang Makan Pakan Ternak Terus Mengalir

Kompas.com - 24/06/2015, 22:27 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com – Warga di Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengonsumsi putak (batang pohon lontar yang digunakan untuk makanan ternak), akibat kekeringan yang menyebabkan gagal panen, akhirnya mulai kebanjiran bantuan.

Setelah menerima bantuan beras dan mi instan dari Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan dua anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Parlindungan Purba dan Ibrahim Agustinus, warga pun mendapat bantuan lagi dari anggota DPR RI Komisi III, Herman Herry, Rabu (24/6/2015).

Bantuan tanggap darurat sebanyak dua ton beras dan 25 kardus mi instan itu diberikan kepada lima desa, yakni Desa Oni, Tuaneke, Kiufatu, Tuafanu dan Oebelo. Bantuan dari Herman Herry tersebut diterima langsung oleh Camat Kualin Simon Manu.

"Bantuan ini merupakan bentuk perhatian DPR atas masalah yang dihadapi masyarakat di NTT," kata Herman Herry, anggota DPR RI dari daerah pemilihan NTT 2 itu.

Kekeringan yang menyebabkan gagal tanam dan gagal panen melanda daerah itu terus meluas, dari awal hanya lima desa menjadi tujuh desa. Akibat kekeringan berkepanjangan, warga di tujuh desa itu mulai mengonsumsi pakan ternak berupa putak.

Herman berharap, bantuan yang diberikan ini dapat meringankan beban masyarakat yang mengalami bencana ini.

"Sudah kewajiban kami memberikan bantuan kepada warga yang mengalami bencana," beber Herman.

Sementara itu, Camat Kualin Simon Manu mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatian dari semua pihak, khususnya Herman Herry, yang peduli dengan sesama saudaranya di TTS.

“Kami sedang alami bencana yang panjang dan belum tahu kapan berakhir. Kami harap bencana ini cepat selesai, dan tidak berlarut-larut. Masalah ini, bukan baru pertama kali, karena kami di dataran rendah, masuk ke daerah rawan banjir jika hujan berlebihan. Jika kekurangan hujan, maka akan alami gagal panen,” kata Simon.

Kekeringan terparah

Menurut Simon, bencana ini merupakan ketiga kalinya, dan tahun ini terparah. Gejala kekeringan sudah terjadi sejak Februari hingga Mei 2015.

“Di Kecamatan kami ini ada 6 Desa yang mengalami kekeringan, namun dengan adanya perhatian serius dari semua pihak, maka kita yakin akan secepatnya keluar dari masalah ini,”kata Simon.

Sementara itu, warga Desa Oebelo, Yohana Neonmataus yang ditemui seusai menerima bantuan dari Herman Herry mengaku, sejak gagal tanam dan gagal panen, dia terpaksa menjual ternak untuk membeli beras. Jika sudah tidak ada lagi ternak yang dijual maka ia terpaksa makan putak bersama keluarganya.

“Dalam seminggu, kami makan putak antara tiga sampai empat kali, karena kami tidak ada beras, jagung maupun ubi. Karena itu, dengan adanya bantuan beras dan mi instan yang datang terus menerus dari orang pusat, membuat kami sedikit terbantu,” jelas Yohana.

Yohana pun berharap pemerintah bisa segera mencari jalan keluar sehingga krisis pangan di wilayahnya bisa segera teratasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com