Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suprihatini Enggan Pasrah pada Bencana Kelud

Kompas.com - 15/02/2014, 20:15 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


KEDIRI, KOMPAS.com- Tidak mau dibunuh bosan di pengungsian, Suprihatini kembali pulang sejenak ke rumahnya di Desa Sugih Rawas. Bukan sekadar membunuh bosan, tapi juga memastikan roda ekonomi keluarga terus berputar.

Ketika ditemui di rumah ibunya, Sabtu (15/2/2014), Suprihartini sedang membersihkan buah-buah alpukat dari kebun miliknya. Sekitar 300 kilogram (kg) alpukat itu baru dipanen Suprihartini beberapa jam sebelum letusan Gunung Kelud terjadi pada Kamis (13/2/2014) malam.

"Untungnya sudah sempat dipanen. Saya ndak (tidak) ngerti (tahu) kalau mau meletus malam itu," katanya.

Ia mengatakan, panen alpukat pascaerupsi memang tidak memengaruhi kualitas buah. Hanya saja, memetik buah yang berdebu dengan lahan tertutup pasir tebal tentu lebih sulit.

Dibantu putra dan seorang pekerjanya, Suprihatini membersihkan dan menyortir alpukat. Buah yang sudah bersih dari abu dan baru siap makan tiga hari ke depan, dimasukkan ke dalam karung untuk dijual kepada pedangang buah di pasar.

Perempuan itu menjualnya dengan harga Rp 7.000 per kg. Setiap karung berisi sekitar 70 kg alpukat.

Bukan hanya menjual alpukat dari hasil kebun miliknya sendiri, dia juga menjual durian dari kebun tetangganya. "Untung ya dibagi dua," kata dia.

Suprihartini mengatakan, aktivitas itu harus tetap dia lakukan demi tetap berjalannya roda ekonomi keluarganya. Dengan hidup di pengungsian memang Suprihartini dan keluarganya tidak perlu bersusah-susah mencari atau memasak makanan, ia tinggal menera bantuan dari pemerintah atau para relawan.

Tapi, tangannya yang biasa bekerja, tidak terbiasa hanya berpangku tangan. Meski tidak banyak keuntungan yang didapat dari menjual buah, Suprihatini tetap melakukannya. "Yang penting cukup untuk beli makan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com