Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipulangkan ke Kendal, TKW Kendal Tak Mau Balik ke Arab

Kompas.com - 14/11/2013, 15:23 WIB
Kontributor Kendal, Slamet Priyatin

Penulis


KENDAL, KOMPAS.com — Seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mengaku lega sudah bisa pulang kembali ke Indonesia. Dia juga tidak ingin kembali ke negara Timur Tengah tersebut.

Ditemui di rumahnya, Kamis (14/11/2013), Istanti kini memilih tinggal di desanya, bersama Roza Asanti (6 bulan) yang lahir di Arab Saudi. Dia dipulangkan dari Saudi pada 10 November lalu. Istanti merupakan satu dari tujuh TKW asal Kabupaten Kendal yang pulang dari Arab Saudi.

“Saya ingin di rumah saja. Saya takut balik lagi ke Arab Saudi. Apalagi dari informasi yang saya dengar, ada aturan baru dengan hukuman penjara 2 tahun dan cambuk bagi TKI yang overstay,” kata ibu dua anak itu.

Istanti menjelaskan, Saudi juga memberlakukan hukuman bagi warganya yang menyembunyikan tenaga kerja Indonesia (TKI) overstay. Istanti berharap, setelah pulang ke desanya ini, ia secepatnya mendapat pekerjaan. Pasalnya, ia berangkat bekerja ke Arab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

“Saya sebenarnya ingin bisa lebih dekat dengan keluarga,” aku istri Mat Hasan (33), yang juga menjadi TKI di Arab ini.

Istanti menuturkan dia berangkat ke Arab Saudi, lima tahun lalu. Ia berangkat melalui PT Muhasatama Pertama Jakarta. Dia pernah nekat kabur dari majikannya yang pertama karena tidak ada jam istirahat kerja.

“Juragan saya yang pertama, orangnya tidak baik. Saya hanya betah kerja 8 bulan. Lalu saya kabur dan pindah ke majikan kedua yang ada di Jeddah,” jelasnya.

Istanti menambahkan, suaminya kebetulan juga bekerja sebagai sopir pada majikannya itu sehingga ia bisa lebih sering bertemu dengan suaminya itu. Di majikannya yang baru tersebut, Istanti mengaku dibayar 1.200 riyal per bulan.

“Setiap bulan, saya bisa mengirim 500 riyal untuk membiayai kebutuhan hidup Fariz (10) anak pertama saya dan orangtua,” ujarnya.

Dipersulit

Istanti menceritakan, selama menunggu dipulangkan ke Indonesia, dia dan suami tinggal di penampungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). Selama lima hari di KJRI, Istanti bersama TKI yang lain, mendapat pengawasan ketat oleh polisi Arab Saudi.

“Di penampungan, kami tidak diizinkan membawa HP dan tas. Supaya aman, tas kami titipkan di tempat penitipan. Tarif penitipan itu, 40 riyal untuk tas dan 30 riyal untuk HP. Meski begitu, selama pemulangan, kami mendapat pelayanan baik,” jelasnya.

Menurut Istanti, tidak semua orang Indonesia di Saudi juga berlaku baik. Terbukti, dirinya sempat dipersulit oleh oknum KJRI saat mau pulang secara resmi.

“Syarat untuk pulang resmi, harus ada print out data. Tapi untuk meminta print out data tersebut, dipersulit oleh oknum KJRI. Kalau mau cepat, kata oknum itu, harus bayar 300 riyal. Padahal selama saya mondar-mandir ke KJRI, saya sudah habis uang banyak,” akunya.

Istanti, selama proses mengurus kepulangan itu, dibantu oleh orang Arab. Bahkan orang Arab itu sampai heran karena oknum petugas KJRI itu tega terhadap sesama orang Indonesia yang mengalami kesulitan.

“Suami saya hingga sekarang ini masih berada di Arab Saudi dan menunggu antrean untuk pulang. Saya selalu berdoa agar suami saya bisa cepat pulang dengan selamat,” harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com