Kepala Unit Patroli dan Pengawalan Polres Sume dang, Inspektur Dua Suntoro mengatakan,Tolo-tolo adalah sejenis trafic coone yang membantu kanalisasi jalan atau pembatas jalan portabel. Tolo-tolo biasa digunakan pada pertemuan arus.
"Biar antrean kendaraannya tertib di setiap pertemuan arus atau pembatas untuk memisahkan jalan yang berlawanan, kita pakai itu. Anggota kita kan terbatas," ujarnya saat ditemui Kompas.com di sela-sela kerjanya Senin (29/7/2013) siang.
Berbeda dengan trafic coone yang dibuat dari karet dan berbentuk kerucut berwarna oranye, tolo-tolo itu terbuat dari ember yang diisi semen sebagai pemberat dan di tengah-tengahnya dipasangi tiang besi. Jika dijejerkan, tolo-tolo ini memang mirip pagar yang membatasi kendaraan.
Suntoro menjelaskan, sebanyak 400 unit tolo-tolo tersebut rencananya akan dipasangkan di sepanjang jalur mudik di Kota Sumedang, yakni Jatinangor - Tanjung Sari - Sumedang - Tomo.
"Total panjang jalur mudik di Sumedang, ada 75 kilometer. Tapi tolo-tolo itu tidak dipasang di semua titik, hanya titik rawan kepadatan," ujarnya.
Adapun, titik macet di Sumedang biasa terjadi di empat titik, yakni Tanjung Sari karena ada pasar dan terminal, kota Sumedang karena ada pusat perbelanjaan, Cijelat karena ada persimpangan jalan yang biasa jadi pengalihan arus kendaraan dri Pantura dan Cimalaka karena terdapat pasar.
Kota Sumedang, lanjut Suntoro, biasanya diguna kan jika Pantura terlampau padat. Arus kendaraan akan dipecah, selain ke Pantura, akan dialihkan ke Tol Cipularang hingga keluar Cileunyi dan lanjut ke arah Sumedang atau jalur selatan pulau Jawa. Dari data tahun sebelumnya, setidaknya ada lebih dari 5.000 orang pemudik melintasi Sumedang .
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.