Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Penyebaran Gas SO2 Dampak Erupsi Gunung Ruang di Media Sosial, Ini Penjelasan Badan Geologi

Kompas.com - 21/04/2024, 21:04 WIB
Agie Permadi,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video bernarasikan dampak erupsi Gunung Ruang menyebabkan gas SO2 yang bahaya beredar di media sosial Tiktok. 

Video yang diunggah akun tiktok @kera.tampan.88 itu memperlihatkan sebuah video peta penyebaran.

Dalam video tersebut terdapat narasi "SO2 penyebaran khusus pulau jawa gunakan masker kurangi aktivitas diluar rumah terutama anak-anak".

Baca juga: Aktivitas Erupsi Gunung Ruang Menurun, Peringatan Tsunami Dicabut

Video tersebut telah disukai 338,8 ribu dan dikomentari hingga 13,8 ribu dan dibagikan hingga 92,9 ribu.

Penyelidik Bumi Madya Badan Geologi Sofyan Primulyana menjelaskan bahwa setiap erupsi gunung api pasti akan mengeluarkan gas-gas vulkanik, di antaranya SO2 dalam konsentrasi yang bervariasi.

Hal ini pun tergantung dari kondisi magma di bawah permukaan dan intensitas erupsinya.

"SO2 dalam konsentrasi di atas 2 ppm sebetulnya berbau tajam dan dapat menyebabkan iritasi hidung dan saluran tenggorokan, saluran pernapasan serta dapat mengiritasi mata dan selaput lendir mata," ucapnya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/4/2024). 

Namun demikian, kata Sofyan, SO2 yang dierupsikan oleh suatu gunung api biasanya akan terencerkan oleh udara atmosfer, sebagian akan teradsorpsi oleh abu dan sebagian lagi akan beraksi dengan uap air di atmosfer membentuk droplet atau tetes air yg bersifat asam.

Baca juga: Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sampai 22 April 2024 Imbas Erupsi Gunung Ruang

"Sebagian lagi kalau menembus lapisan yang lebih jauh lagi menurut para ahli klimatologi yang saya baca dapat menimbulkan efek rumah kaca," jelasnya. 

Lebih lanjut, Sofyan menjelaskan bahwa batas bahaya SO2 ditentukan oleh konsentrasinya di udara.

"Untuk saat ini tgl 21 April 2024 saya belum mendapatkan update dari website untuk data sebaran SO2 dari Gunung Ruang," jelasnya. 

Sofyan membagikan data-data dari citra satelit yang memperlihatkan dinamika konsentrasi SO2, sebagai berikut:

- Pada tanggal 17 April 2024 pkl 13.15 Wita terpantau nilai SO2 sebesar 3.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 450 km. 

-  Pada tanggal 18 April 2024 pkl 14.30 Wita terpantau nilai SO2 sebesar 300.000 ton dari kolom asap yang memanjang lebih dari 1.000 km. 

- Pada tanggal 19 April 2024 nilai SO2 di sekitar G. Ruang terdeteksi menurun menjadi sekitar 190.000 ton. 

Baca juga: Update Dampak Erupsi Gunung Ruang: Ribuan Warga Mengungsi di Sejumlah Titik

"Artinya menurunnya SO2 di sekitar Gunung Ruang dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya aktivitas vulkanik G. Ruang yang mulai menurun, juga pengenceran oleh udara atau adanya hujan dapat melarutkan SO2 di udara," jelasnya.

"Efek terhadap penduduk di sekitar G. Ruang nampaknya belum ada ya, karena hingga saat ini belum ada keluhan dari warga di sana yang berhubungan dengan paparan gas SO2," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Keberangkatan 354 Calon Jemaah Haji, Walkot Susanti Sampaikan Pesan Ini

Lepas Keberangkatan 354 Calon Jemaah Haji, Walkot Susanti Sampaikan Pesan Ini

Regional
Direktur BUMDes Korupsi Uang Penjualan Sawit untuk Beli Mobil

Direktur BUMDes Korupsi Uang Penjualan Sawit untuk Beli Mobil

Regional
Pj Gubernur Kaltim Akui Teledor Antisipasi Banjir Mahakam Ulu, Minta Penyiapan Sistem Peringatan Dini

Pj Gubernur Kaltim Akui Teledor Antisipasi Banjir Mahakam Ulu, Minta Penyiapan Sistem Peringatan Dini

Regional
Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Mantapkan Langkah Politiknya, Susanti Daftarkan Diri Jadi Calon Wali Kota ke Gerindra

Regional
Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Viral, Foto ASN Manggarai Timur Minum Miras Beramai-ramai, Pj Sekda Minta Maaf

Regional
Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Gempa M 3,5 Sumedang, Warga: Kaca Bergetar

Regional
Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Video Viral Pajero Dipasangi Senapan Mesin di Kap, Polisi Pastikan Benda Itu Mainan

Regional
Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Kronologi Penangkapan WNA Bangladesh yang Selundupkan 5 WN Asing ke Australia lewat NTT

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Kepala BPBD Siak Ditahan karena Korupsi Dana Bencana Rp 1,1 M

Regional
Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Dibongkar

Penyelundupan Puluhan Botol Miras dan Ratusan Kosmetik Ilegal Asal Malaysia Dibongkar

Regional
Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Regional
Sakau, Penumpang 'Speedboat' dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu

Sakau, Penumpang "Speedboat" dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com