Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Desa yang Tak Dirindukan

Kompas.com - 15/04/2024, 13:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAKNYA perantau yang pulang kampung setiap menjelang hari raya, namun hampir tak ada yang berkeinginan menetap di desa.

Parahnya, justru menarik warga desa produktif lain untuk mencari peluang di kota. Tersisa, penduduk usia tua yang bergelut di sektor pertaniannya.

Sementara, bagi sebagian besar perantau, pemikat mudik soal pengabdian ke orangtua. Karena, desa dibayangi ilusi keterbatasan peluang.

Lapangan kerja terbatas, kantong kemiskinan, hingga pertanian yang inferior masih mendominasi, meski pembangunan desa masif terjadi.

Merindukan desa

Melankolis desa sebagai daerah kampung halaman tempat dilahirkan, bebas polusi, pemandangan indah, air sungai jernih, hingga suburnya pertanian. Suasana ini jarang didapati perantau di kota besar.

Dampaknya, desa peri-peri penyangga perkotaan menjadi lokasi yang menarik untuk dihuni, demi mendapatkan suasana kampung halaman setiap hari.

Sebut saja desa-desa di Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang selatan yang sebagian dihuni oleh pekerja komuter dari Jakarta.

Meski demikian, hunian sekitar kota tak akan mampu menggantikan kerinduan pada orangtua. Sehingga proses mudik musiman akan terus terjadi selama masih ada orangtua yang menanti.

Fenomena mudik ini menunjukkan perpindahan orang secara masif membawa konsekuensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan.

Prosesi ini tak hanya terjadi saat Lebaran tiba, fenomena mudik populer dan terjadi di saban hari raya, seperti Idul Fitri, Hari Natal, Hari Raya Galungan, dan Tahun Baru Imlek.

Daerah tujuan mudik menjadi penikmat utama, bagaimana dampak ekonomi bakal dirasakan.

Sebagai gambaran, catatan Kementerian Perhubungan, potensi arus mudik Lebaran 2024 mencapai lebih dari 190 juta orang dengan potensi perputaran uang lebih dari Rp 150 triliun berputar di daerah tujuan mudik dan destinasi wisata.

Pinjaman masyarakat meningkat menjelang Lebaran, salah satunya demi mengobati kerinduan.

Menurut hasil survei Bank BTPN, masyarakat yang berpotensi mengajukan pinjaman meningkat 13 persen menjadi 35 persen untuk berbagai keperluan, termasuk 60 persen untuk persiapan menyambut Lebaran, 46 persen modal usaha, dan 18 persen renovasi rumah.

Potensi besar ini terjadi sangat singkat pada kisaran dua minggu, selama kerinduan pada kampung halaman masih dihuni oleh orangtua.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com