Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Lebaran Ketupat: Sejarah, Filosofi, dan Perbedaan dengan Hari Raya Idul Fitri

Kompas.com - 14/04/2024, 23:00 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Lebaran Ketupat dikenal sebagai sebuah tradisi yang dirayakan pada bulan Syawal, yaitu bulan setelah Ramadhan dalam kalender Hijriyah.

Di beberapa daerah, tradisi Lebaran Ketupat juga dikenal sebagai Riyoyo Kupat, Bakda Kupat, atau Kupatan.

Baca juga: Mengenal Lebaran Ketupat, Tradisi Syawalan Warisan Sunan Kalijaga

Meskipun menggunakan istilah ‘Lebaran’, tradisi ini berbeda dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal.

Dilansir dari laman nu.or.id, Lebaran Ketupat adalah tradisi masyarakat muslim di Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang dilaksanakan di bulan Syawal setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Baca juga: Tradisi Kupatan di Mana? Ada Makan Ketupat hingga Kirab

Tradisi Lebaran Ketupat ini dilaksanakan satu minggu atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri, atau jatuh pada tanggal 8 Syawal.

Penentuan waktu pelaksanaan tradisi Lebaran Ketupat yaitu setelah umat Islam selesai melakukan sunnah dengan menjalankan puasa Syawal pada tanggal 2-7 Syawal.

Baca juga: Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Surabaya yang Dirayakan Seminggu Setelah Idul Fitri

Sejarah Lebaran Ketupat

Dilansir dari laman banten.nu.or.id sejarah Lebaran Ketupat atau Kupatan ternyata erat kaitannya dengan sosok salah satu Wali Songo yaitu Raden Mas Syahid atau lebih dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga adalah sosok memperkenalkan ketupat sebagai makanan khas Lebaran yang kemudian menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Selanjutnya, tradisi Lebaran Ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat.

Sementara dilansir dari laman nu.or.id, budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menyebut bahwa tradisi kupatan (Lebaran Ketupat) yang muncul pada era Wali Songo memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan masyarakat Nusantara.

Tradisi ini kemudian dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam, terutama mengenai cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari lebaran.

Filosofi dalam Perayaan Lebaran Ketupat

Perayaan Lebaran Ketupat tidak jauh dari berbagai nilai filosofi dalam sebuah ketupat, khususnya bagi orang Jawa.

Dilansir dari laman banten.nu.or.id, tradisi Lebaran Ketupat memang lekat dengan munculnya sajian ketupat, makanan berbahan dasar beras yang dibungkus janur kuning dengan bentuk segi empat.

Ketupat atau kupat menurut filosofi Jawa memiliki makna ‘ngaku lepat’ yang artinya mengakui kesalahan.

Bagian-bagian dari ketupat dan lauk pendampingnya juga mengandung filosofi tersendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Regional
Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Regional
Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Regional
Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Regional
Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Regional
Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com