Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Lebaran Ketupat: Sejarah, Filosofi, dan Perbedaan dengan Hari Raya Idul Fitri

Kompas.com - 14/04/2024, 23:00 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Seperti isi ketupat yaitu beras berwarna putih adalah bentuk harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemakmuran, sekaligus mencerminkan bahwa dengan memohon maaf atas segala kesalahan maka diharapkan jiwa kita bisa seputih isi ketupat tersebut.

Janur kuning yang membungkus ketupat menurut filosofi Jawa merupakan kepanjangan dari ‘sejatine nur’ yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa.

Selain itu, masyarakat Jawa juga percaya bahwa janur memiliki kekuatan magis untuk tolak bala.

Selanjutnya, anyaman ketupat yang rumit memiliki makna bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya.

Sementara bentuk segi empat dari ketupat menjadi gambaran empat jenis nafsu dunia yaitu nafsu emosional, nafsu untuk memuaskan rasa lapar, nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan nafsu untuk memaksa diri.

Sehingga seseorang orang yang memakan ketupat menggambarkan bahwa ia telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

Sementara lauk pendamping dari santan atau santen menurut filosofi Jawa memiliki makna ‘pangapunten’ atau memohon maaf atas kesalahan.

Dari sajian tersebut kemudian dikenal istilah ‘mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten’ yang artinya ‘makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan’.

Adanya nilai filosofi dalam tradisi ini juga bertujuan agar tidak disalahgunakan untuk sesuatu yang syirik, dan untuk melestarikan syiar Islam yang berciri khas akulturasi budaya.

Perbedaan Lebaran Ketupat dan Hari Raya Idul Fitri

Lebaran Ketupat dan Lebaran yang dirayakan Hari Raya Idul Fitri memiliki berbagai perbedaan, terutama dari waktu, cara pelaksanaan, dan tujuan perayaan.

Dari waktu pelaksanaan, Lebaran yang dirayakan pada Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 1 Syawal, sementara tradisi Lebaran Ketupat jatuh pada tanggal 8 Syawal.

Cara perayaan Lebaran yang dirayakan pada Hari Raya Idul Fitri adalah dengan melakukan shalat Idul Fitri, sementara tradisi Lebaran Ketupat tidak dirayakan dengan ibadah khusus.

Biasanya tradisi Lebaran Ketupat dilakukan dengan berkumpul, membaca doa-doa, bermaaf-maafan, dan saling bertukar hidangan yang berbahan dasar ketupat.

Dilansir dari laman resmi Desa Jatimulyo, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Lebaran Ketupat bukan merupakan ibadah tambahan.

Dalam pelaksanaannya tidak ada unsur-unsur ibadah sama sekali, seperti tidak ada takbiran maupun bentuk shalat, namun hanya sekedar berkumpul atau menghantar sedekah makanan berbentuk ketupat.

Adapun tujuan perayaan Lebaran yang dirayakan pada Hari Raya Idul Fitri adalah ibadah pada tanggal 1 Syawal, sementara tujuan tradisi Lebaran Ketupat adalah sebagai bagian dari syiar Islam yang yang berciri khas akulturasi budaya dan lebih dimaknai sebagai simbol kebersamaan.

Sumber:
banten.nu.or.id  
nu.or.id  
jatimulyo.kec-petanahan.kebumenkab.go.id  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

442 Rumah Warga di OKU Selatan Terdampak Banjir

Regional
Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Warga OKU Diminta Waspadai Bencana Longsor

Regional
Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Digigit Anjing, 2 Warga Sikka Dilarikan ke Larantuka karena Kosongnya Vaksin Antirabies

Regional
Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Preman Pemalak Sopir Truk di Lampung Ditangkap, Korban Diadang dan Dianiaya

Regional
Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Cemburu Buta, Suami di Semarang Aniaya Istri hingga Patah Rahang

Regional
Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Ketua MUI Salatiga Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota, Kyai dan Masyayikh NU Sampaikan Penolakan

Regional
Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Tak Hadir Saat Ujian Sekolah, Siswi di Wonogiri Ditemukan Tewas dalam Kondisi Hamil

Regional
Sebut Ingin Lanjutkan Pembangunan, Inkumben Bupati Demak Daftar di 3 Parpol Ini

Sebut Ingin Lanjutkan Pembangunan, Inkumben Bupati Demak Daftar di 3 Parpol Ini

Regional
Banjir Mahakam Ulu Telan Korban, Warga Tenggelam saat Berenang Pakai Jeriken

Banjir Mahakam Ulu Telan Korban, Warga Tenggelam saat Berenang Pakai Jeriken

Regional
Kondisi Terkini Bencana Banjir Bandang di Sumbar, 14 Warga Hilang dan Penjelasan BMKG

Kondisi Terkini Bencana Banjir Bandang di Sumbar, 14 Warga Hilang dan Penjelasan BMKG

Regional
4 Orang Daftar Penjaringan Cabub-Cawabup Sukoharjo di PDI-P, Salah Satunya Kades

4 Orang Daftar Penjaringan Cabub-Cawabup Sukoharjo di PDI-P, Salah Satunya Kades

Regional
Ganja Jadi Bumbu Makanan, BNNP Aceh Inspeksi Usaha Kuliner

Ganja Jadi Bumbu Makanan, BNNP Aceh Inspeksi Usaha Kuliner

Regional
Cuma Unggah 7 KTP, Paslon Perseorangan Pangkalpinang Gagal

Cuma Unggah 7 KTP, Paslon Perseorangan Pangkalpinang Gagal

Regional
Keributan di Dekat Pasar Rejowinangun Magelang, Dipicu Balas Dendam

Keributan di Dekat Pasar Rejowinangun Magelang, Dipicu Balas Dendam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com