BANGKA TENGAH, KOMPAS.com - Lahan seluas 53 hektar di Desa Namang, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung mulai memasuki masa panen.
Proses penanaman tidak serentak karena petani sempat dihadapkan berbagai kendala.
"Hari ini sebagian sudah dipanen. Nanti beberapa hari lagi sisanya," kata petani Desa Namang, Mudir (56), Rabu (20/3/2024).
Baca juga: Banjir di Ngawi Meluas Rendam 35 Desa, Padi Siap Panen Rusak
Mudir mengelola lahan seluas setengah hektar. Padi yang ditanam jenis Inpari Nutrizinc, merupakan varietas khusus dalam upaya pencegahan stunting.
Total ada lima hektar lahan yang ditanami Inpari Nutrizinc. Penanaman melibatkan puluhan petani yang tergabung kelompok tani.
Masa tanam padi tersebut hingga panen membutuhkan waktu tiga bulan lamanya.
Baca juga: Ironi Lumbung Padi, Panen Raya Demak Harga Beras Melambung tapi Gabah Terjungkal
Mudir mengaku sempat kesulitan mendapatkan pupuk subsidi beberapa waktu lalu. Hal itu terjadi karena adanya perubahan sistem yang mengharuskan input data baru.
"Saat kita mau tanam, petani banyak belum terdaftar ada sistem baru itu," ujar Mudir.
Kepala Desa Namang Zaiwan mengatakan, perubahan sistem pupuk subsidi dimulai tahun lalu. Banyak petani yang mencoba mendaftar, namun server error.
"Datanya itu dari KTP dan KK, banyak yang belum terdaftar sementara masa tanam sudah jalan," ujar Zaiwan.
Akibatnya padi yang dipanen musim ini hanya mendapatkan pupuk seadanya. Petani menyiasati dengan pasokan air yang cukup agar serapan akar pada kandungan tanah tetap maksimal.
"Dalam kondisi ideal dengan pengairan dan kesuburan lahan yang baik, bisa panen 6,5 ton per hektar," beber Zaiwan.
Selain varietas Inpari Nutrizinc, juga ada padi beras merah dan padi pulen biasa yang ditanami petani.
Penanaman berbagai jenis padi menyesuaikan dengan permintaan pasar dan juga karena ada program pemerintah.
Zaiwan mengungkapkan, beberapa kendala yang muncul seperti pupuk dan air berpengaruh pada kesiapan para petani. Itu pula yang menyebabkan masa tanam tidak serentak.