SEMARANG, KOMPAS.com - Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah menegaskan, mahalnya harga pakan ternak menjadi penyebab harga telur ayam di Kota Semarang, Jawa Tengah mencapai Rp 29.000 per kilogram.
Selain komoditas telur, Kepala Dishanpan Jateng Dyah Lukisari mengakui harga daging ayam di Jateng juga relatif tinggi di pasaran ketimbang harga yang dipatok pemerintah.
"Daging ayam saat ini sekitar Rp 35.000, lalu telur di data pantauan kami sekitar Rp 28.000, ini semua masih di atas harga pemerintah, cuma memang yang kerasa sekali itu telur. Telur ini ketersediannya masih defisit, kurang dari kebutuhan," ungkap Dyah melalui sambungan telepon, Kamis (7/3/2024).
Baca juga: Harga Beras Turun, Cabai di Demak Tembus Rp 100.000 per Kilogram
Dyah menjelaskan, kondisi stok telur yang defisit ini terjadi lantaran pakan ternak ayam yang berasal dari jagung belakangan ini naik sekitar 50 persen dari harga aslinya.
"Persoalannya yang jadi masalah harga jagung komponen pakan ayam naik lebih dari 50 persen. Jagung saat ini harganya tinggi banget. Harusnya Rp 5.000 di pemerintah tapi dijual rata-rata Rp 7.500," jelasnya.
Alhasil peternak tak punya pilihan untuk tidak menaikan harga telur di pasaran.
Pasalnya mereka juga harus menanggung kenaikan harga pakan ternaknya itu.
"Ini yang kemudian memang sangat dirasakan oleh para peternak, harga telurnya kemudian menjadi tinggi juga karena biaya produksi tinggi," lanjut Dyah.
Baca juga: Pengemudi Ojol Kembali Demo, Grab dan Maxim Diminta Angkat Kaki dari Jateng bila Tak Naikkan Tarif
Baca juga: Beras Mahal, Petani di Demak Pungut Gabah Busuk untuk Konsumsi
Di samping itu, pihaknya juga memprediksi sejumlah peternak memilih mengurangi populasi ternaknya untuk memangkas kebutuhan pangan yang sedang naik itu.
Apalagi Dyah menilai mayoritas peternak ayam di Jateng merupakan peternak kategori kecil hingga sedang. Sehingga persoalan mahalnya pakan ternak bukan hal sepele bagi mereka.
"Mungkin bisa jadi karena biaya produksi pakan ternak tinggi, mereka mengurangi populasinya, karena sebagian besar karena sebagian peternak ayam kita menengah, ini yang menjadikan produksi telur juga berkurang," tuturnya.
Lebih lanjut, pihaknya akan melakukan intervensi harga dengan gerakan pangan murah dan program subsidi harga.
"Jadi, itu dua tools kebijakan yang bisa digunakan untuk membantu masyarakat mengakses pangan dengan harga yang lebih terjangkau," tandasnya.
Baca juga: Cerita Muryati, Bertahan Berjualan Beras sejak 1980, Sempat Bangkrut dan Kiosnya Terbakar 2 Kali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.