NUNUKAN, KOMPAS.com – Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengalami krisis air bersih sejak Desember 2023.
Kondisi kemarau, mengakibatkan dua embung utama penampung air baku, Embung Sei Bolong dan Embung Sei Bilal, mengalami pengurangan produksi, dari 100 liter per detik di waktu normal, menjadi 20 liter per detik.
"PDAM Nunukan, mengeluarkan kebijakan distribusi air bergilir. Kondisi ini merupakan dampak El Nino, dan Kabupaten Nunukan tidak memiliki sungai debit besar untuk diolah sebagai air bersih," ujar Direktur PDAM Nunukan, Masdi, pada Senin (26/2/2024).
Krisis air bersih, memang biasa terjadi saban tahun. Embung di Nunukan, kata Masdi, bisa dikatakan sebagai tadah hujan.
Baca juga: Gudang Penyimpanan Kayu Olahan di Nunukan Ludes Terbakar
Sehingga, ketersediaan air baku, sangat bergantung dengan turunnya hujan.
Fenomena ini pula, yang belum dipahami oleh banyak pelanggan air bersih. Alhasil, di sejumlah media sosial, banyak berisi hujatan, cacian, bahkan ancaman yang ditujukan kepada PDAM Nunukan.
"Caci maki sampai ancaman di medsos itu sudah sering saya dapat. Tapi, itulah dinamika bekerja di pusat pelayanan masyarakat. Mau tak mau, siap tidak siap, kita terima saja," kata Masdi.
Beragam hujatan di media sosial, diakui Masdi cukup mengganggu. Mungkin bagi Masdi, umpatan dan kalimat kotor, menjadi evaluasi dan muhasabah diri.
Hanya saja, yang ia sesalkan adalah, ketika kalimat kalimat kasar yang dialamatkan padanya, sering dibaca keluarga dan anak-anaknya.
Baca juga: Sungai di Perbatasan RI Surut Akibat El Nino, Masyarakat Nunukan Diminta Waspada
"Saya sering dikasih lihat anak, dia sodorkan Hp, suruh baca kalimat kalimat provokatif di medsos. Saya hanya katakan, sabar saja. Kita semua tidak ada yang ingin kondisi kekeringan begini. Tapi, ini faktor cuaca, bukan masalah human error, atau kerusakan alat. Mungkin itu yang kurang dipahami pelanggan," kata dia.