PALEMBANG, KOMPAS.com- Suara bising pergesekan roda besi terdengar keras di ujung kubah berbentuk lorong di atas langit. ‘Ular besi’ itu meliuk menembus kemacetan di kota Palembang tanpa halangan apapun.
Mendekati stasiun, suara klakson menggema keras menandakan bahwa kereta Light Rail Transit (LRT) Sumsel akan menepi dalam 30 detik untuk membawa para penumpang yang menunggu kedatangannya.
Dengan sigap penumpang yang naik maupun turun langsung dipandu oleh para pekerja LRT agar tidak bertabrakan.
Baca juga: Batik Solo Trans: Transportasi Murah tapi Pembayaran Masih Jadi Persoalaan
“Hati-hati pintu akan dibuka,” begitu kata yang diucapkan oleh suara komputer yang terpasang di dalam trainset LRT.
Kondisi tempat penumpang LRT Sumsel nampak begitu bersih. Petugas cleaning service pun selalu bersiap di dalam kereta selama perjalanan berlangsung. Para penumpang bisa duduk rapi menghadap ke samping untuk menikmati perjalanan.
Kemudian, AC di dalam kereta pun memiliki suhu yang dingin dan stabil. Sehingga para penumpang tak kepanasan.
Meski nyaman, para penumpang dilarang untuk makan maupun minum selama perjalanan demi menjaga kebersihan kereta.
Selama perjalanan berlangsung, pemandangan kota Palembang pun nampak jelas terlihat dari atas.
Pemandangan terbaik adalah ketika kereta melintas menyebrangi sungai Musi, di mana penumpang dapat melihat secara langsung bentangan sungai yang memisahkan wilayah kota Palembang.
Kompas.com sempat mengukur waktu jarak tempuh dari stasiun Ampera ke Cinde dengan panjang 1,08 km hanya ditempuh dalam waktu dua menit. Kemudian, dari stasiun Cinde ke stasiun Dishub dengan jarak 819,74 meter ditempuh kurang dari dua menit.
Waktu itu terbilang jauh lebih singkat bila menggunakan sepeda motor.
Setidaknya, bila dalam kondisi macet pengguna motor dari stasiun Cinde ke Ampera memakan waktu sekitar tujuh menit. Sedangkan dari Cinde ke stasiun Dishub memakan waktu lima menit.
Ratna Rianti (20) salah seorang mahasiswi di Palembang telah dua tahun terakhir menggunakan LRT Sumsel sebagai transportasinya menuju ke kampus.
Rumahnya yang berada di kawasan Jalan Letjen Harun Sohar, Kebun Bunga, Kecamatan Sukarami setidaknya membutuhkan waktu hampir satu jam untuk ke kampus bila menggunakan sepeda motor.
Belum lagi ketika terjadi kemacetan panjang di persimpangan Sekip dan Charitas, Rianti pun nyaris satu jam menuju ke kampus.