SOLO, KOMPAS.com - Batik Solo Trans (BST) menjadi transportasi publik yang murah dan diandalkan oleh warga Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng).
BST merupakan fasilitas transformasi massal, yang memiliki enam koridor dan terintergrasi ke wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
Bus berwarna merah dengan ornamen Wayang itu, sangat dinantikan oleh para pelajar, lansian, masyarakat umum, hingga kaum disabilitas.
Sebab, dengan enam koridor dan puluhan halte memudahkan warga untuk mengakses tujuan mereka.
Baca juga: Menjajal Bus Listrik Trans Metro Pasundan Rute Leuwipanjang-Dago yang Kembali Beroperasi
Meskipun terik matahari cukup panas pada Rabu (8/11/2023), tak menyurutkan niat para warga untuk beralih mode transportasi dan setia menggunakan BST.
Sekitar 5 menit menunggu, BST datang menjemput para penumpang setiannya. Setibanya BST di Halte, pintu depan bus terbuka dan sapa senyum Pengemudi BST menyambut para pelangannya.
Tarif BST cukup terjangkau dan berbagai kategori setiap naik, yakni, pelajar-mahasiswa Rp 2.000; lansia Rp 2.000; penumpang umum Rp 3.700, dan kaum disabilitas gratis.
Hanya melalui tap kartu e-money dan QRIS, warga bisa langsung masuk dan duduk dibangku bus BST yang melaju cukup stabil.
Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 4 Surakarta, Gayatri (16), mengaku sangat terbantu dengan fasilitas bus BST rute Koridor 2 dari Sub Terminal Kerten ke Palur, Karanganyar.
"Kan rumah jauh dari sekolah. Ndak ada yang mengantar, jadi sangat membantu. Nyaman busnya," kata Gayatri, saat menaiki BST, pada Rabu (8/11/2023).
Siswi berkerudung ini, mengaku juga dimudahkan dengan pembayaran menggunakan QRIS, karena tidak perlu uang tunai dan cukup scan barkode khusus yang disediakan.
"Kalau aku pakai Qris. Bisa juga pakai kartu, langsung dan di setting oleh Dinas Perhubungan (Dishub), kalau pelajar itu Rp 2.000," katanya setelah dua tahun menggunakan fasilitas BST setiap harinya.
Meskipun dirasa nyaman, dengan fasilitas bus AC dan bersih. Bagi lansia, pembayaran menggunakan kartu e-money dan barkode masih menjadi momok kurang menyenangkan.
Keluhan ini, dirasakan oleh Sri Martini (40) dan Jiyem (66) telah menggunakan fasiltas BST sejak diresmikan oleh Presiden Jokowi saat menjadi Wali Kota Solo, pada 1 September 2010.
Wanita lansia dan paruhbaya ini, setiap harinya pulang pergi dari Kartasura ke Pasar Gede menaiki BST Koridor 1, untuk berdagang buah dan sayur.