FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Lekun Tu'in telah menjadi warisan kuliner khas masyarakat Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Lekun berarti olahan dari beras, yang berasal padi lokal (nalu mita/padi hitam). Sementara tu'in berarti memasukan sesuatu ke bambu. Jenis bambu yang digunakan biasa disebut peri.
Lekun tu'in merupakan olahan tepung beras padi lokal yang dimasukan ke bambu, lalu dipanggang di atas bara api.
Benedikta Beting Soge (45), warga Desa Hewa, mengatakan, lekun tui'n hanya sesekali dikonsumsi warga. Namun hampir setiap hajatan perkawinan lekun tui'n menjadi makanan wajib yang harus disiapkan oleh pihak perempuan.
"Kalau keluarga laki-laki datang membawa belis ke pihak perempuan, nanti pihak perempuan membawa lekun tu'in ke pihak laki-laki sebagai balasan," ujar Benedikta kepada Kompas.com saat ditemui di Desa Hewa, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: 10 Kuliner Tradisional khas Indonesia Berbahan Pisang
Benedikta mengatakan, proses pembuatan lekun tui'n tidaklah sulit. Hanya saja masyarakat Hewa punya pantangan selama proses pembuatannya.
Misalnya, setiap orang yang mengolah lekun tu'in hatinya harus bersih, tidak diperbolehkan berbicara kotor, membentak, dan memaki-maki.
"Karena masyarakat punya keyakinan tersendiri, di mana apabila melanggar aturan tersebut maka lekun tu'in akan cepat basi atau rusak sebelum dikonsumsi," ujarnya.
Penggerak Lokal Desa Hewa Sindy Soge (32) mengatakan, ada sejumlah alat dan bahan yang perlu disiapkan sebelum membuat lekun tui'n.
Diantaranya, nuhung (lesung), keru (alat tradisonal untuk membuat parutan kelapa), peri da'an (batang bambu), aiyaur (kayu bakar).
Lalu, wenit mita (beras hitam) yang berasal dari padi lokal (nalu mita) kelapa parut, gula pasir atau gula merah, klahi (kemangi), dan air mineral.
Caranya, beras hitam terlebih dahulu direndam dengan air selama beberapa menit. Lalu tiriskan. Selanjutnya ditumbuk menggunakan lesung menjadi tepung beras.
Tepung beras kemudian dicampur dengan parutan kelapa, gula pasir dan gula merah, air secukupnya, dan kemangi dalam sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar (kalekar). Lalu dicampur hingga merata.
"Proses campur bahan-bahan ini disebut gamong. Jangan tambahkan dengan sedikit air untuk memberi tekstur agak lembab," beber Sindy.