BANGKA, KOMPAS.com-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dibayangi tekanan inflasi. Salah satu faktor penyebabnya adalah tarif angkutan udara.
Pemerintah daerah berencana menggunakan skema subsidi agar negeri penghasil timah itu terbebas dari inflasi yang pada September 2023 tercatat 3,55 persen (year on year).
Kepala Dinas Perhubungan Kepulauan Bangka Belitung Asban Aris berharap, subsidi angkutan udara dapat menjadi solusi konkret untuk menekan angka inflasi di Negeri Serumpun Sebalai.
"Angkutan udara menjadi salah satu penyebab kenaikan inflasi di Babel. Rapat koordinasi hari ini, kita membahas terkait rencana subsidi angkutan udara, semoga bisa menghasilkan solusi konkret untuk menekan angka inflasi," kata Asban saat rapat koordinasi di Rumah Dinas Gubernur Bangka Belitung, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: Kendalikan Inflasi, Pj Gubernur Sumsel Pastikan Harga dan Pasokan Bahan Pokok Aman
Saat rapat koordinasi, kata Asban, pihaknya memaparkan empat metode terkait rencana penyelenggaraan subsidi angkutan udara, di antaranya airport tax, blockseat, penambahan frekuensi atau extra flight, dan penambahan rute baru ke Batam.
Menurut Asban, metode subsidi angkutan udara yang paling efisien untuk diterapkan di Kepulauan Babel oleh Dinas Perhubungan, ialah metode blockseat.
Metode tersebut juga direkomendasikan Menteri Perhubungan untuk dijadikan stimulus yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah.
Baca juga: Selisih Rp 2.000, Bahan Pangan Murah di Babel Ludes Diserbu Warga
Biasanya, skema tersebut berlangsung selama tiga sampai empat bulan pertama penerapannya.
"Setelah dirapatkan, kami punya sejumlah metode subsidi angkutan udara yang bisa dipilih untuk diterapkan. Nantinya, metode mana yang akan kita laksanakan, itu tergantung dari arahan Pak Pj," ucap Asban.
"Jika sudah disepakati, metode ini, akan dilakukan di kedua bandara kita, yaitu Depati Amir dan H AS Hanandjoeddin," tambah dia.