Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banten Akan Terapkan WFH untuk ASN, Pengamat: Tak Efektif Atasi Polusi Udara

Kompas.com - 22/08/2023, 14:10 WIB
Rasyid Ridho,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SERANG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Banten dalam waktu dekat akan memberlakukan kebijakan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah bagi sebagian aparatur sipil negara (ASN).

Kebijakan ini dilakukan untuk menurunkan tingkat polusi udara di Banten. Lantas, efektifkah kebijakan tersebut?

Direktur eksekutif Rekonvasi Bhumi, Nana Prayatna Rahadian menilai, kebijakan WFH di lingkungan Pemprov Banten dan Tangerang Raya tidak akan efektif untuk mengurangi pencemaran udara.

Baca juga: Pemprov Banten Segera Ikuti Jejak Jakarta, Terapkan WFH untuk Sebagian ASN

"Kurang efektif kebijakan WFH, kurang masuk akal. Harusnya yang harus diatasi penyebabnya seperti kemacetan, industri dan batu bara PLTU," kata Nana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/8/2023).

Menurutnya, penyumbang polusi udara di Banten dan DKI Jakarta adalah dari transportasi atau kendaraan bermotor, kemudian industri, dan pembakaran sampah.

"Kemacetan kendaraan di daerah tertentu sehingga ada konsentrasi emisi yang kemudian menjadi polusi. Nah, yang harus dilakukan kebijakan bagaimana kemacetan bisa direduksi," ujar Nana.

Nana pun mendorong pemerintah membuat kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi, dan beralih ke moda transportasi umum.

Selain itu, pemerintah harus mengawasi baku mutu dan pengelolaan lingkungan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang disebut menjadi penyebab polusi.

KLHK menyatakan bahwa asap dan uap dari cerobong PLTU batu bara di Banten menjadi penghasil gas emisi karbon.

"PLTU itu sudah mempunyai baku mutu, kemudian kalau PLTU menjadi sumber pencemaran, berarti pengelolaan lingkungan tidak beres. Kan ada ambang batas baku mutu, ketika yang tidak boleh dilampau itu pelanggaran hukum," kata Nana.

Nana pun mendukung solusi jangka panjang Pemprov Banten yang akan memperbanyak penghijauan lingkungan dengan menanam pohon.

Sebab, untuk jangka pendek penanaman pohon tidak akan berpengaruh pada perbaikan kualitas udara.

"Untuk masa depan bagus, tapi kan nggak bisa pohon yang baru ditanam langsung mereduksi karbon. Tapi itu kebijakan bagus kalau serius," tandas dia.

Baca juga: Saat Pekerja Swasta di Jakarta Juga Ingin WFH seperti ASN DKI, tapi...

Sebelumnya, Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan, dalam waktu dekat akan membuat kebijakan WFH untuk aparatur sipil negara di lingkungan Pemprov Banten.

Langkah itu dilakukan setelah adanya instruksi dari pemerintah pusat untuk mengatasi polusi udara.

Setelah Pemprov Banten membuat surat edaran, WFH juga diharapkan akan diikuti oleh wilayah di Tangerang Raya, yakni Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Misteri Potongan Tubuh Bercelana Biru Dalam Parit di Pontianak

Misteri Potongan Tubuh Bercelana Biru Dalam Parit di Pontianak

Regional
Remaja Putri 15 Tahun di Kapuas Hulu Dicabuli 8 Pemuda, 4 Pelaku Bawah Umur

Remaja Putri 15 Tahun di Kapuas Hulu Dicabuli 8 Pemuda, 4 Pelaku Bawah Umur

Regional
Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Hampir Sebulan Buron, Rutan di Lampung Baru Minta Bantuan Polisi Cari Napi Kabur

Regional
Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Saat 15 Ton Garam Disemai di Langit Gunung Marapi untuk Cegah Hujan Lebat...

Regional
[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

[POPULER REGIONAL] Pensiunan Guru Ditipu Rp 74,7 Juta | Buntut Dugaan Pemalakan Dishub Medan

Regional
Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Regional
Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Ada Ritual Biksu Thudong, Polresta Magelang Siapkan Pengamanan Estafet

Regional
Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Mahakam Ulu Banjir Bandang, BPBD Baru Bisa Dirikan 1 Posko Pengungsian karena Akses Terputus

Regional
Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Mahakam Ulu Terendam Banjir: Ketinggian Air Capai 4 Meter, Ratusan Warga Mengungsi

Regional
Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Baru Satu Minggu Dimakamkan, Makam Pemuda di Tarakan Dibongkar karena Ada Dugaan Penganiayaan

Regional
Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Nenek 65 Tahun di Sorong Diperkosa 5 Orang hingga Tewas, 1 Pelaku Ditangkap

Regional
Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Bukit Kessapa, Tempat Bersejarah Penyebaran Ajaran Buddha yang Jadi Titik Awal Perjalanan Bhikku Thudong

Regional
Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Lagi, 1 Anak di Gunungkidul Meninggal karena DBD, Total Ada 600 Kasus

Regional
Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Mahakam Ulu Banjir Parah, Kantor Pemerintahan dan Mapolsek Terendam

Regional
Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Banjir Rendam 37 Desa di Mahakam Hulu, BPBD: Terparah Sepanjang Sejarah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com