KOMPAS.com - Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, Jakarta telah dikenal sebagai ibu kota negara.
Secara de facto, Jakarta menjadi ibu kota negara pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di kota ini.
Baru pada 1961, Jakarta menjadi ibu kota negara secara de jure berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1961 jo. UU PNPS No. 2 Tahun 1961.
Baca juga: Geostrategi Bung Karno Pindahkan Ibu Kota Negara
Namun pada perjalanannya, masalah keamanan dan kedaulatan memaksa ibu kota Indonesia beberapa kali berpindah sementara dari Jakarta.
Berikut adalah rangkuman sejarah pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan.
Baca juga: 3 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Indonesia, Ternyata Pernah 2 Kali di Pulau Sumatera
Pada tahun-tahun pertama pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, ibu kota negara di Jakarta berada di bawah tekanan.
Masuknya tentara NICA pada 29 September 1945, ditambah masih adanya sisa-sisa tentara Jepang yang belum ditarik membuat suasana memanas.
Baca juga: Mengapa Jakarta Menjadi Ibu Kota Indonesia?
Sejumlah petinggi negara mencoba bertahan di Jakarta, hingga pada 1 Januari 1946 di kediaman Ir.Soekarno digelar rapat yang menyepakati untuk mengendalikan pemerintahan Indonesia dari lingkup daerah.
Namun pada 2 Januari 1946, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyarankan agar ibu kota negara dipindahkan sementara dari Jakarta ke Yogyakarta.
Rencana ini mulai dijalankan pada tanggal 3 Januari 1946 malam, di mana para petinggi negara dipindahkan secara diam-diam dengan kereta api.
Sementara selama ditinggalkan, kendali keamanan diserahkan kepada Letkol Daan Jahja yang juga menjabat Gubernur Militer Kota Jakarta.
Selain itu, kedudukan Perdana Menteri Sutan Sjahrir tetap dipertahankan untuk berada di Jakarta.
Pada 4 Januari 1946 dini hari, rombongan tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta dan ibu kota negara dan pemerintahannya resmi dijalankan dari Gedung agung sebagai istana kepresidenan.
Jalannya pemerintahan ibu kota negara di Yogyakarta berlangsung hingga jatuhnya Yogyakarta pada Agresi Militer Belanda I.
Kota Bireuen memang tidak tercatat di buku sejarah sebagai ibu kota negara, namun kota ini sering disebutkan pernah menjadi ibu kota sementara selain Yogyakarta dan Bukittinggi.