BIMA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengonfirmasi penyebab terjadinya retakan tanah di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo.
Berdasarkan kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tanah retak yang merusak lima rumah warga itu diduga kuat karena pengaruh gempa magnitudo 5,6 yang terjadi pada April 2023.
Selain itu, retakan juga terjadi akibat adanya aktivitas tambang galian c yang lokasinya tak jauh dari area retakan tersebut.
"Ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim PVMBG," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Sekretariat Daerah (Setda) Bima, Suryadin saat dikonfirmasi, Senin (12/6/2023).
Baca juga: PVMBG Teliti Fenomena Tanah Retak yang Rusak 5 Rumah di Bima
Suryadin menyampaikan, selama beberapa hari berada di Bima, tim PVMBG sudah meninjau dua lokasi tanah retak.
Seperti di Dusun Muku, Desa Sanolo dengan temuan sekitar 8,4 hektar permukaan tanah retak dengan kedalaman bervariasi.
Baca juga: Fenomena Tanah Retak di Bima NTB, 5 Rumah Warga Rusak
Fenomena ini ikut merusak lima rumah warga yang berada disekitar lokasi, tepatnya di RT 02 Dusun Muku.
Setelah dilakukan kajian, disimpulkan bahwa tanah retak itu terjadi karena pengaruh gempa dan kegiatan tambang galian c.
Di samping itu, pada kedalaman lebih kurang 30 meter di bawah permukaan tanah terdapat sedimen lunak, sehingga membuat kontur tanah mudah bergerak saat terjadi getaran.
Gerakan tanah susulan masih berisiko terjadi di Dusun Muku.
"Makanya kita minta masyarakat untuk tetap waspada, dan sedapat mungkin menghindari membangun rumah di jalur retakan," ujarnya.