BIMA, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mulai meneliti fenomena alam tanah retak yang merusak lima rumah warga di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Jumat (9/6/2023).
Tim PVMBG turun ke lokasi bersama jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim geologi yang sudah dibentuk Pemerintah Kabupaten Bima.
"Sekarang tim PVMBG sudah ke Muku untuk meneliti fenomena tanah retak," kata Kepala Pelaksana BPBD Bima, Isyrah saat dikonfirmasi, Jumat.
Baca juga: Tim SAR Bima Perluas Area Pencarian 2 Warga yang Hilang Saat Mancing di Laut
Isyrah mengatakan, tim PVMBG turun mengecek sejumlah lokasi di Dusun Muku, mulai dari area permukiman warga hingga patahan tanah di pegunungan.
Belum bisa dipastikan sampai kapan tim PVMBG berada di lokasi untuk melakukan penelitian.
"Berapa lama tim di Muku nanti tergantung dari mereka. Apa saja yang diteliti kita tunggu saja," ujarnya.
Baca juga: 11 Nelayan di Bima Ditangkap karena Pakai Bom yang Bisa Ancam Habitat Ikan
Menurutnya, tim PVMBG tidak hanya datang untuk meneliti fenomena alam retakan tanah di Dusun Muku, Desa Sanolo.
Rencananya, mereka akan melanjutkan kegiatan tersebut di Kecamatan Lambitu. Di sana terdapat rekahan tanah cukup besar yang terjadi sejak tahun 2014.
"Cuma rekahannya itu belum sampai merusak rumah warga," kata Isyrah.
Sebelumnya, fenomena alam berupa retakan tanah merusak lima rumah warga di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Fenomena itu terjadi sejak 23 Mei 2023, dan sampai saat ini retakan terus meluas hingga mengancam permukiman warga setempat.
"Retakan masih terus bergerak, dan sudah lima rumah warga yang rusak," kata Isyrah saat dikonfirmasi, Selasa (6/6/2023).
Isyrah mengungkapkan, awalnya hanya satu rumah warga yang terdampak retakan tanah tersebut.
Namun, karena terus bergerak dan meluas setiap harinya, kini tercatat tiga rumah permanen dan dua rumah panggung yang rusak parah, bahkan satu di antaranya ambruk.
Menurutnya, retakan ini tidak saja membuat tanah terbelah sampai tiga meter dengan kedalaman tujuh meter, tetapi di beberapa lokasi retakan itu membuat tanah terangkat sampai ketinggian dua meter.
"Kalau yang di atas gunung terbelah sampai 3 meter dalamnya 7 meter, kalau naik baru 2 meter rata-rata," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.