Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Pengiriman Lokomotif Pabrik Gula Berumur 100 Tahun ke Belanda untuk Direstorasi

Kompas.com - 05/04/2023, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pengiriman dua lokomotif berumur hampir 100 tahun milik dua pabrik gula di Kediri dan Pemalang ke Belanda untuk 'dirawat' dan 'dipinjamkan' menuai polemik di media sosial. Sebagian menyayangkannya karena menganggap Indonesia seharusnya mampu mengkonservasi aset bersejarah di negeri sendiri.

Aris Handoyo, Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara X, salah satu perusahaan yang menaungi pabrik gula pemilik lokomotif, mengeklaim kedua lokomotif itu hanya berstatus pinjaman sehingga kelak akan dikembalikan dalam kurun waktu tertentu.

“Supaya lokomotif mendapatkan perawatan lebih intensif, serta meningkatkan hubungan baik antara Indonesia–Belanda,“ jelas Aris Handoyo kepada BBC News Indonesia pada Senin (3/4/2023).

Lokomotif pertama adalah Kereta Uap Nomor 214 produksi 1928 yang selama ini beroperasi di PG Pesantren Baru, Kediri, di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara X.

Baca juga: Disayangkan, Lokomotif Tua dari Kediri dan Pemalang Dipinjamkan ke Belanda

Lokomotif kedua adalah Kereta Uap Nomor 9 produksi 1925 milik PG Soemberhardjo, Pemalang, yang berada di bawah PT Perkebunan Nusantara IX.

Kedua lokomotif tersebut akan dikirim ke museum perkeretaapian di Belanda yang bernama Stoomtrein Katwijk Leiden.

Berdasarkan unggahan Facebook museum tersebut, kedua lokomotif itu akan sampai di Belanda pada 29 April mendatang.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, mengatakan bahwa karena kedua lokomotif tersebut tidak berstatus cagar budaya, benda tersebut dapat dipindahtangankan atas keputusan perusahaan pemilik pabrik gula yang terkait.

“Benda yang belum/tidak ditetapkan sebagai cagar budaya bisa saja dipindahtangankan. Saya tidak tahu dasar pertimbangan PTPN untuk mengirimnya ke Belanda,“ katanya.

Namun, pihaknya juga menyayangkan peminjaman dan perawatan kedua lokomotif tersebut karena di Indonesia ada pula museum kereta api dan cagar budaya yang dapat melestarikan aset sejarah tersebut.

Baca juga: Sejarah Masjid Sekayu, Tempat Ibadah Umat Islam Paling Tua di Jateng yang Banyak Diteliti Orang Luar Negeri

“Ya, tentu ikut menyayangkan karena ada museum kereta api di Ambarawa dan juga BPCB Jawa Timur yang seandainya dimintai bantuan tentu bisa membantu,“ sebut Hilmar.

Sementara, pengamat dan pemerhati perkeretaapian, Tjahjana Indra Kusuma, mengatakan bahwa meskipun ia merasa sedih atas kepergian aset bersejarah itu ke Belanda, ia merasa keputusan itu lebih baik daripada dibiarkan di Indonesia.

“Karena kita enggak bisa merawatnya sehingga terlantar sampai berkarat-karat kemudian sampai lobang gitu. Atau malah jatuh di loak secara diam-diam. Setidaknya saya bisa mengabadikan bahwa lokomotif ini jadi lebih indah dan bermanfaat meskipun di negeri orang,“ ujar Indra.

Ia berharap bahwa kejadian ini bisa menjadi pengingat kepada pemerintah Indonesia untuk semakin menggiatkan pelestarian aset-aset bersejarah yang ada dalam negeri, terutama lokomotif-lokomotif kereta api tua berdiam di pabrik-pabrik gula.

Baca juga: Sejarah dan Filosofi Kolak, Bukan Sekadar Takjil di Bulan Ramadhan

Mengapa menimbulkan polemik

Lokomotif uap nomor 214 Pesantren Baru di bawah uap pada 18 September 1997.STOOMTREINKATWIJKLEIDEN.NL/GERARD DE GRAAF via BBC Indonesia Lokomotif uap nomor 214 Pesantren Baru di bawah uap pada 18 September 1997.
Ketika pengamat perkeretaapian, Tjahjana Indra Kusuma, membagikan unggahan dari akun resmi museum Stoomtrein Katwijk Leiden tentang pengiriman kedua lokomotif itu pada Rabu (29/3) lalu, hal tersebut menuai komentar pro dan kontra dari para warganet Indonesia.

Beberapa di antara mereka menyayangkan kepergian kereta-kereta ini karena seharusnya mereka bisa direstorasi oleh Indonesia, tanpa harus dikirim ke luar.

“Semoga loko-loko yang ada di Pabrik Gula Gempolkrep nggak bernasib sama (maksudnya di restorasi sendiri sehingga enggak sampai jadi aset luar negeri,“ tulis salah satu pengguna di kolom komentar.

Tetapi, ada juga beberapa pengguna yang memandang pengiriman lokomotif ini ke Belanda sebagai hal positif. Sebab, menurut mereka, jika aset-aset itu dibiarkan tinggal di Indonesia mereka tidak akan dirawat.

“ Kalau dibiarkan tergeletak disini akan mangkrak atau hilang dipreteli…Di Holland akan ditempatkan dan dijadikan artefak sejarah…“ tulis pengguna lain.

Baca juga: Mengenal Rampak Bedug dari Banten: Pengertian, Sejarah, dan Fungsi

“Terbengkalai disini,, dirawat disana,, sumber sejarah tak dihiraukan diambil oleh pelaku sejarah sendiri.. Wajar ..“ keluh seorang pengguna.

Indra mengaku perasaannya campur aduk saat mendengar kabar itu. Di satu sisi, ia ingin lokomotif-lokomotif itu mendapatkan perawatan yang semestinya daripada dibiarkan berkarat dan menjadi rapuh.

“Saya pribadi sebagai penggemar lokomotif, itu ada sedihnya. Tapi ada juga senangnya. Sedihnya aset-aset ini yang merawat malah orang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Resmi Usung Gus Yusuf Maju Pilgub Jateng, PKB Seleksi Partai Potensial untuk Berkoalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com