LOMBOK BARAT, KOMPAS.com - Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah mengunjungi lokasi pembangunan pabrik Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Desa Suka Makmur, Lombok Barat, Kamis (1/12/2022).
TPST tersebut nantinya akan menghasilkan bahan bakar refused derived fuel (RDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur batubara pada PLTU atau sebagai bahan bakar lainnya.
Rohmi mengatakan, pembangunan TPST tersebut akan mengurangi jumlah sampah 120 ton per hari.
Baca juga: 25 Pekerja Migran Asal Bima NTB Meninggal dalam 4 Tahun Terakhir
"Nanti kapasitasnya kalau sudah jadi itu input-nya 120 ton, dan hasilnya nanti 15 ton pellet (RDF)," ungkap Rohmi usai memantau pembangunan proyek PTSP.
Nantinya, bahan bakar RDF tersebut akan dijual kepada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang yang tidak jauh dari lokasi pabrik TPST.
"Ya nanti akan dikirimkan ke Jeranjang. Kita optimis pasti bisa mengatasi sampah di NTB sesuai program zero waste," kata Rohmi.
Baca juga: DPW Perindo NTB: Gelar Karpet Merah jika Wagub NTB Masuk Partai Kami
Sementara itu, anggaran untuk pembangunan TPST tersebut senilai Rp 30.552.000.000 yang diperoleh dari pinjaman dana bank dunia Indonesia Tourism Development Project (ITDP).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB Julmansyah mengungkapkan, sampah yang dikirim ke TPA Kebon Kongok sebanyak 200-300 ton per hari dan RDF yang dihasilkan masih sedikit.
"Kalau sekarang masih 5 ton per bulan, dan nanti setelah jadi TPSP ini akan menghasilkan 15 sampai 40 ton per hari," kata Julmansyah.
TPA Kebon Kongok yang beroperasi sejak 1993 memiliki lahan seluas sekitar 13 hektar dengan beban ideal 991.800 meter kubik sampah. Pada 2021, jumlah sampah yang tertampung telah mencapai batas ideal yang ditentukan.
Meski begitu, sampah dari Kota Mataram dan Lombok Barat yang mencapai ratusan ton per hari tetap berakhir di TPA Kebon Kongok.
Sejumlah sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok pun meluber ke sungai dan banyak dikeluhkan masyarakat sekitar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya