Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Kuyawage dan Daerah Otonom Baru

Kompas.com - 20/08/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GEJALA alam itu mulai muncul pada awal Juni 2022, di Distrik/Kecamatan Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua (kini Provinsi Papua Pegunungan).

Malam hari sangat dingin, menyebabkan embun yang menempel di tanaman ubi-ubian dan sayuran menjadi beku. Siang hari cuaca berubah menjadi sangat panas, membuat tanaman menjadi kering mendadak.

Perubahan cuaca ini menyebabkan tanaman rusak. Penduduk tidak dapat memakan ubi, makanan pokoknya. Terjadilah bencana. Ratusan orang, sebagian besar anak-anak, menderita kelaparan dan penyakit.

Untunglah pemerintah daerah segera mengambil tindakan penyelamatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, dan Polisi-TNI di Kabupaten Lanny Jaya bahu membahu memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.

Kementerian Sosial dan Dinas Sosial Provinsi Papua pun bergerak cepat. Pada 1 Agustus 2022, bantuan sudah sampai ke Kuyawage, dikirim dengan pesawat sewa dari Jayapura dan Timika, kemudian didistribusikan ke kampung-kampung yang paling naas dengan mobil dan berjalan kaki.

Kali ini tidak ada korban meninggal, kecuali dua orang dewasa yang sudah sakit sebelum bencana dan satu anak yang menderita diare. Ratusan orang dewasa dan anak-anak yang menderita kelaparan di Kuyawage kini telah tertolong.

Apakah masalah sudah selesai?

Belum. Bencana yang sama dapat terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang, seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Di Kuyawage juga, gejala embun beku pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2015. Beberapa orang meninggal dunia karena kelaparan.

Saat itu sudah ada gagasan untuk menanam tanaman yang tahan cuaca panas dan membangun lumbung pangan. Namun tidak terwujud. Setelah bencana teratasi, orang kembali ke kebiasaan lama, business as usual.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan upaya pencegahan bencana itu gagal dilakukan.

Pertama, Kuyawage adalah wilayah yang terisolir, tidak ada jalan yang dapat dilalui kendaraan roda dua sekalipun untuk menuju ke kampung-kampung yang mengalami bencana kekeringan.

Petugas harus berjalan kaki dari pinggir jalan regional menuju ke kampung-kampung itu, yang memerlukan waktu berjam-jam.

Sebelumnya lebih sulit lagi, pengiriman bantuan sosial dikirim menggunakan helikopter. Kini dilakukan dengan berjalan kaki, karena sudah ada jalan beraspal dari Distrik Tiom, pusat Kabupaten Lanny Jaya, ke pusat Distrik Kuyawage. Hanya saja belum ada jalan ke kampung-kampung di pedalaman.

Kedua, upaya membangun lumbung pangan tidak terwujud, karena sudah ada lumbung pangan sendiri yang disediakan alam, yaitu tanah yang luas dan subur, sementara penduduknya sedikit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran Pelajar SMP antar Kabupaten Purbalingga-Banyumas Digagalkan, Sajam Diamankan

Tawuran Pelajar SMP antar Kabupaten Purbalingga-Banyumas Digagalkan, Sajam Diamankan

Regional
Ular Sanca Sepanjang 3 Meter Masuk Rumah Warga, Bersembunyi di Tumpukan Kayu

Ular Sanca Sepanjang 3 Meter Masuk Rumah Warga, Bersembunyi di Tumpukan Kayu

Regional
Remas Payudara Guru, Kepala SD di NTT Dilaporkan ke Polisi

Remas Payudara Guru, Kepala SD di NTT Dilaporkan ke Polisi

Regional
Putus Cinta dan Gagal Nikah, Pria di Kampar Akhiri Hidupnya

Putus Cinta dan Gagal Nikah, Pria di Kampar Akhiri Hidupnya

Regional
Kader Gerindra Banyumas Rachmat Imanda Pastikan Daftar Bakal Calon Bupati

Kader Gerindra Banyumas Rachmat Imanda Pastikan Daftar Bakal Calon Bupati

Regional
Perjuangan Anggota Bawaslu Manokwari Selatan, Jalan Kaki 18 Km dari Distrik Terpencil karena Longsor

Perjuangan Anggota Bawaslu Manokwari Selatan, Jalan Kaki 18 Km dari Distrik Terpencil karena Longsor

Regional
Zet Tadung Allo Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi NTT

Zet Tadung Allo Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi NTT

Regional
Kisah Bripda Lince Huby, Perempuan Papua yang Wujudkan Cita-cita Jadi Polwan

Kisah Bripda Lince Huby, Perempuan Papua yang Wujudkan Cita-cita Jadi Polwan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 24 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Dampak 'Study Tour' Dilarang di Jateng, Sewa Transportasi Dibatalkan dan Kunjungan Wisata Turun

Dampak "Study Tour" Dilarang di Jateng, Sewa Transportasi Dibatalkan dan Kunjungan Wisata Turun

Regional
Pamit Pergi Mancing di Bendungan Bogor, Seorang Pria Ditemukan Tewas

Pamit Pergi Mancing di Bendungan Bogor, Seorang Pria Ditemukan Tewas

Regional
Maju Pilkada, Mantan Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng Noegroho Ajukan Pensiun Dini

Maju Pilkada, Mantan Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng Noegroho Ajukan Pensiun Dini

Regional
Baling-baling Pesawat Diduga Sisa PD II Ditemukan di Hutan Keerom, Diambil dengan Ritual Adat

Baling-baling Pesawat Diduga Sisa PD II Ditemukan di Hutan Keerom, Diambil dengan Ritual Adat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com