GEJALA alam itu mulai muncul pada awal Juni 2022, di Distrik/Kecamatan Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua (kini Provinsi Papua Pegunungan).
Malam hari sangat dingin, menyebabkan embun yang menempel di tanaman ubi-ubian dan sayuran menjadi beku. Siang hari cuaca berubah menjadi sangat panas, membuat tanaman menjadi kering mendadak.
Perubahan cuaca ini menyebabkan tanaman rusak. Penduduk tidak dapat memakan ubi, makanan pokoknya. Terjadilah bencana. Ratusan orang, sebagian besar anak-anak, menderita kelaparan dan penyakit.
Untunglah pemerintah daerah segera mengambil tindakan penyelamatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, dan Polisi-TNI di Kabupaten Lanny Jaya bahu membahu memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.
Kementerian Sosial dan Dinas Sosial Provinsi Papua pun bergerak cepat. Pada 1 Agustus 2022, bantuan sudah sampai ke Kuyawage, dikirim dengan pesawat sewa dari Jayapura dan Timika, kemudian didistribusikan ke kampung-kampung yang paling naas dengan mobil dan berjalan kaki.
Kali ini tidak ada korban meninggal, kecuali dua orang dewasa yang sudah sakit sebelum bencana dan satu anak yang menderita diare. Ratusan orang dewasa dan anak-anak yang menderita kelaparan di Kuyawage kini telah tertolong.
Apakah masalah sudah selesai?
Belum. Bencana yang sama dapat terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang, seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Di Kuyawage juga, gejala embun beku pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2015. Beberapa orang meninggal dunia karena kelaparan.
Saat itu sudah ada gagasan untuk menanam tanaman yang tahan cuaca panas dan membangun lumbung pangan. Namun tidak terwujud. Setelah bencana teratasi, orang kembali ke kebiasaan lama, business as usual.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan upaya pencegahan bencana itu gagal dilakukan.
Pertama, Kuyawage adalah wilayah yang terisolir, tidak ada jalan yang dapat dilalui kendaraan roda dua sekalipun untuk menuju ke kampung-kampung yang mengalami bencana kekeringan.
Petugas harus berjalan kaki dari pinggir jalan regional menuju ke kampung-kampung itu, yang memerlukan waktu berjam-jam.
Sebelumnya lebih sulit lagi, pengiriman bantuan sosial dikirim menggunakan helikopter. Kini dilakukan dengan berjalan kaki, karena sudah ada jalan beraspal dari Distrik Tiom, pusat Kabupaten Lanny Jaya, ke pusat Distrik Kuyawage. Hanya saja belum ada jalan ke kampung-kampung di pedalaman.
Kedua, upaya membangun lumbung pangan tidak terwujud, karena sudah ada lumbung pangan sendiri yang disediakan alam, yaitu tanah yang luas dan subur, sementara penduduknya sedikit.
Penduduk tinggal menanam, merawat dan memanen hasilnya. Itu terjadi secara rutin, berpuluh-puluh tahun.
Kekeringan tentu juga pernah terjadi, namun dalam skala kecil sehingga dapat diatasi, kecuali kejadian pada tahun 1998, 2015 dan 2022 ini.
Penyebab kekeringan ini adalah karena perubahan iklim global yang dampaknya sampai ke wilayah pegunungan di Papua.
BMKG tentu dapat menjelaskan fenomena ini secara lebih akurat. Inilah yang belum dipahami oleh banyak kalangan di daerah maupun di pusat, sehingga tidak dilakukan tindakan antisipatif yang lebih proaktif.
Ketiga, sebagian daerah Lanny Jaya termasuk wilayah yang rawan keamanan. Tidak ada pos keamanan yang memadai di Distrik Kuyawage karena kendala geografi yang sulit.
Pembangunan infrastruktur dan fasilitas sosial juga sulit dilakukan karena faktor keamanan. Namun ini bukan monopoli Lanny Jaya. Daerah sekitarnya juga rawan keamanan, seperti Kabupaten Intan Jaya, Puncak, Nduga, Yahukimo, Puncak Jaya, dan Pegunungan Bintang.
Dibentuknya tiga provinsi otonom baru memberikan harapan berbagai masalah kesejahteraan, termasuk masalah kelaparan seperti di Kuyawage, akan dapat diatasi.
Pemerintah provinsi baru akan dapat menyusun rencana pembangunan daerah secara lebih realistik lagi, dengan jumlah anggaran Otsus yang lebih besar dan dapat direncanakan serta diimplementasikan secara lebih rinci, sesuai masalah yang ada.
Jarak yang lebih dekat antara Lanny Jaya dengan Wamena, ibu kota provinsi Papua Pegunungan, akan mempermudah pengiriman bantuan jika terjadi bencana alam lagi.
Faktor keamanan akan lebih kondusif dengan dibentuknya Kodam dan Polda di Wamena, dengan personel sebagian besar orang asli Papua (OAP).
Pemda-pemda Kabupaten dibawah koordinasi Pemda Provinsi akan dapat saling membantu pengiriman pangan dan tenaga mana kala ada daerah yang mengalami kekeringan dan kekurangan pangan.
Pemda Provinsi juga dapat lebih leluasa lagi mengirim tenaga-tenaga penyuluh pertanian ke daerah-daerah lain, dan sebaliknya, untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan varietas tanaman yang tahan kekeringan.
Dengan keamanan yang lebih baik, pembangunan infrastruktur transportasi, komunikasi dan permukiman, seperti listrik dan air bersih, akan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan lebih merata ke seluruh pelosok Provinsi Papua Pegunungan.
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa bencana kekeringan dan kelaparan seperti yang baru saja terjadi di Kuyawage, dan di daerah-daerah lain di Papua, akan tidak terjadi lagi.
Kalaupun terjadi, akan dapat diatasi dengan lebih cepat, lebih efektif, dan tanpa korban. Semoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.