Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Pesisir Pantai Sungai Batang Nunukan yang Rumahnya Hampir Roboh karena Penambangan Pasir Ilegal

Kompas.com - 19/06/2022, 10:17 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Penambangan pasir pantai ilegal di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kembali ramai dipersoalkan masyarakat.

Penambangan pasir ilegal itu sempat dibubarkan tahun lalu, pada Juni 2021, usai adanya larangan dari aparat dan DPRD Nunukan.

Rupanya, aktivitas penambangan pasir pantai ilegal ini tidak benar-benar berhenti, hanya berpindah tempat.

Aktivitas penambangan ilegal yang tadinya di Pantai Sei Manurung, berpindah ke Pantai Sungai Batang, Jalan Batu Lamampu, RT 11 Desa Tanjung Karang, Sebatik Induk.

Baca juga: Penambangan Pasir di Desa Kedawung Blitar Diprotes Warga, Polisi: Langsung Dihentikan

Penambangan ini mengakibatkan sejumlah rumah penduduk rusak. Hunian panggung dengan konstruksi kayu di wilayah penambangan ilegal banyak yang terancam roboh.

"Tiang rumah menggantung, rumah banyak yang miring. Kami bingung kondisi ini sudah dilaporkan ke Desa dan Kecamatan. Diteruskan ke aparat, namun tidak pernah ada tindakan, tidak pernah ada penangkapan," ujar salah satu warga Sungai Batang yang rumahnya terdampak abrasi, Basri, Minggu (18/6/2022).

Tiang rumah basri sudah tergantung, rumah saudaranya juga miring, begitu juga rumah orang tuanya. Pagar masjid di lokasi tersebut, juga mulai ambruk.

"Kami seringkali menegur para penambang ilegal itu. Dengan kerugian yang kami alami, tidak ada ganti rugi apapun, sementara kami yang mayoritas penduduk pesisir bukan kalangan mampu. Bagaimana kami mau pindah dan membangun rumah di lokasi lain," keluhnya.

Ada sekitar sepuluh pohon kelapa milik orang tua Basri roboh, begitu juga kayu penyangga thorn yang ambruk dan membuat profil airnya pecah berantakan.

Pohon-pohon kelapa yang roboh akibat efek abrasi dari penambangan pasir pantai illegal, merupakan salah satu sumber ekonomi keluarga tersebut.

Pohon kelapa itu selalu dipanjat dan dipanen buahnya, dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

"Tapi sekarang roboh semua. Kami bingung mau mengadu ke siapa. Saya akhirnya nekat mempostingnya di media social, saya tanggung semua resikonya. Saya sudah kadung sakit hati karena penambangan tanpa izin terus saja terjadi dan menjadi ancaman bagi rumah dan keluarga kami," lanjut Basri.

Mengeruk dengan alat berat

Basri dengan geram seringkali menegur penambang. Hanya saja, tegurannya dianggap angin lalu.

Rumahnya yang berada sekitar 200 meter dari lokasi penambangan, bahkan tidak menjadi pertimbangan para penambang tersebut.

"Sakit hati kami bukan alang kepalang. Kasihan kami di sini, sudahlah listrik tidak ada, jalanan hanya jalan sawit padahal ada anak sekolah disini. Ditambah lagi penambang liar pake excavator yang sudah sekitar lima bulan, mengeruk pinggir pantai seenaknya. Jadi benar benar hancur kita ini," kata Basri.

Baca juga: 200 Tenda di Gunung Botak Dibongkar Aparat, 1.000 Penambang Ilegal Dipaksa Turun

Karena melapor ke manapun tidak ada solusi, Basri akhirnya memvideokan escavator dan memotretnya untuk diunggah ke Facebook.

"Kami butuh solusi, semoga saja aktifitas tanpa izin ini segera berhenti. Kami mohon bagi yang berwenang bisa menyetop kegiatan yang mengancam keberadaan pulau Sebatik ini," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Regional
Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com