BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak merugikan para pengusaha sapi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pasalnya, adanya wabah tersebut membuat sapi yang telah dibeli dari Pulau Jawa tak bisa dikirim ke Balikpapan dengan alasan masalah kesehatan.
Seorang pengusaha bernama Abduh, mengaku telah membeli 30 ekor sapi dari Jawa Timur untuk dijual kembali di Balikpapan menjelang Hari Raya Idul Adha nanti.
Dia mengatakan 30 ekor sapi tersebut tidak bisa dikirim lantaran khawatir jika nanti menjalani karantinamalah dinyatakan tidak sehat atau terjangkit wabah PMK.
"Ya ada sekitar 30-an ekor yang sudah saya beli di Jawa Timur, itu jenis sapi premium alias sapi yang besar. Harganya itu sekitar Rp 30 jutaan satu ekornya, ada juga yang Rp 40 juta. Kayak begini kan nggak bisa dikirimkan jadinya. Takut aku kalau dikirim nanti mampir ke Karantina di Jawa Timur, selesai nanti," katanya kepada Kompas.com pada Rabu (11/5/2022).
Baca juga: 337 Sapi di Lumajang Terinfeksi PMK, 5 Mati, 4 Potong Paksa
Untuk menyiasati kerugian tersebut, Abduh terpaksa menjual kembali sapinya kepada teman-temannya di Jakarta yang juga pedagang hewan kurban.
Menurutnya harga jualnya pun akan mengalami penurunan drastis. Akhirnya, momen Idul Adha yang diharapkan bisa meraih keuntungan justru malah rugi.
"Ya kalau secara bisnis hitungannya rugi. Harusnya kan di sini bisa dijual di harga Rp 60 juta sampai Rp 70 juta. Mau nggak mau jual di sana dengan selisih harga cuma Rp10 juta aja. Itu pun kalau laku. Kalau nggak ya nggak tahu sudah. Sebab banyak masyarakat sudah tahu informasi wabah ini," terangnya.
Ditanya soal persiapan penjualan hewan kurban di Balikpapan jelang Idul Adha, Abduh mengatakan dirinya terpaksa mengambil sapi lokal dari Sulawesi Selatan. Sapi lokal memang jauh berbeda dengan sapi premium di Jawa Timur ataupun sapi Bali.
"Ya mau nggak mau jual yang ada di kandang ini aja, nggak nambah lagi yang dari Jawa. Solusinya ya nambah sapi dari Sulawesi, tapi harganya jauh berbeda. Kalau sapi di Jawa Timur kan sapi limosin, harganya bisa sampai Rp40 juta.Nah kalau sapi lokal cuma Rp17 juta sampai Rp18 juta aja," ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Karantina Pertanian Balikpapan, Akhmad Alfaraby mengatakan pihaknya telah mendapat surat edaran dari Karantina Pertanian pusat terkait wabah PMK yang ada di Aceh dan Jawa Timur.
Bahkan yang terbaru pihaknya juga telah mendapat kabar adanya indikasi wabah PMK sudah masuk Kalimantan yakni di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
"Yang saat ini kami sudah terima surat edarannya baru yang di Aceh sama Jawa Timur. Mungkin menyusul yang di Kalimantan Tengah. Makanya kami sudah melakukan beberapa langkah-langkah dalam mengantisipasi itu," terangnya saat dihubungi Kompas.com.
Langkah yang dilakukan Karantina Pertanian Balikpapan yakni berkoordinasi dengan stakeholder lainnya seperti Pelindo, KSOP, hingga Polsek Semayang Balikpapan untuk mengantisipasi kesehatan sapi yang didistribusikan melalui kapal.
"Jadi kami sudah bekerjasama dengan pihak lain, kalau ada sapi datang agar dilakukan penyemprotan disinfektan, sebab kan hewan tersebut sudah melalui karantina di daerah asal, jadi sampai disini cukup disinfektan agar mencegah penularan penyakit," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.