PADANG, KOMPAS.com - Arigo (24), pedagang di Pantai Paku, Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat itu kini bisa tersenyum bahagia karena barang dagangannya laku dan untung pun diraup.
Bagi Arigo dan pedagang lain di Pantai Paku, lebaran tahun ini membawa berkah.
Kebijakan pemerintah yang memperbolehkan mudik lebaran membuat wisatawan ramai berkunjung ke Pantai Paku.
"Sejak kemarin, ramai yang datang ke sini. Ada dari Pekanbaru, Jambi, dan lainnya," kata Arigo kepada Kompas.com, Rabu (4/5/2022).
Baca juga: Wisatawan Terus Berdatangan, Polisi Berlakukan One Way Menuju Kawasan Pantai Anyer Banten
Banyaknya wisatawan yang berlibur ke Pantai Paku membuat dagangannya ikut laris manis dan pendapatan yang masuk pun berkali-kali lipat dibanding lebaran tahun lalu.
Saat lebaran tahun lalu, Arigo mengaku hanya mengantongi Rp 100.000 dalam sehari.
"Kemarin sampai Rp 500.000 (omzet) saya. Sekarang, siang ini saja sudah Rp 700.000," kata Arigo.
Dia menjual berbagai makanan dan minuman bersama istrinya, Mita (21). Mulai dari mie instan, kopi, es teh, dan minuman botol.
Arigo tidak berkeliling menjajakan dagangannya. Dia memiliki pondok yang dibuat persis di depan pantai, sehingga jika pelanggan duduk di pondoknya bisa langsung menikmati pemandangan pantai Paku.
Suasana pantai yang indah, bunyi deru ombak disertai tiupan angin sepoi-sepoi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Paku.
"Kita juga sediakan tempat duduk. Tapi terbatas hanya untuk beberapa orang saja. Sengaja dihadapkan ke pinggir laut supaya pengunjung bisa menikmati keindahan laut, kata Arigo.
Selain itu, dia mengaku tak mengambil untuk banyak untuk dagangannya. Pop mie siap saji dijual Rp 8.000 sementara air mineral ukuran 1,5 liter dijualnya Rp 7.000.
"Harga standar. Kita tidak mau dicap sebagai pedagang yang ambil untung besar. Ini untuk menjaga nama Pantai Paku juga. Kalau dijual mahal, orang nggak mau datang kesini lagi," kata Arigo.
Arigo bercerita, dagangannya sepi saat lebaran dua tahun terakhir. Bahkan, dirinya merugi karena dagangannya tidak laku dan akhirnya kedaluwarsa.
"Itu di awal pandemi. Tahun 2020 lalu. Pemerintah melarang mudik. Saya sudah beli barang, tapi tidak laku dan akhirnya kedaluwarsa. Terpaksa dibuang," kata Arigo.