SAMARINDA, KOMPAS.com - Tubuh bocah cilik itu bergerak lentur mengikuti melodi bergenre klasik, ketika mengikuti tarian balet di sebuah ruang kelas sekolah musik Simfoni - Cantata di Jalan Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (12/1/2022) sore.
Gerakan kaki dan tangan perempuan delapan tahun ini lincah, meski empat jemari tangan kirinya belum tekuk sempurna.
Dia Trinity, korban bom Gereja Oikumene di Samarinda awal November 2016.
Kala itu, Juhanda anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berbaiat ke kelompok Islamic State in Iraq and Syiria (ISIS) meledakkan bom molotov saat ibadah gereja berlangsung.
Sebanyak empat bocah terkapar depan gereja penuh luka bakar.
Baca juga: 9 Korban Teroris Masa Lalu di Banten Terima Kompensasi Rp 1,4 Miliar
Trinity kritis setengah tubuhnya terbakar, Intan Olivia (2) tewas setelah 12 jam dirawat, Alvaro Sinaga (3) terbakar bagian wajah dan kepala sedang Anita Kristobel (3) bagian lengan.
“Setelah satu tahun operasi di China, kata dokter di sana, Trinity sudah 85 persen berfungsi motorik tangannya. Di China sudah mentok obati sampai segitu,” ungkap Sarina Gultom kepada Kompas.com di sela menyaksikan anaknya latihan tari balet.
Di ruang kelas sekolah musik itu, Trinity bersama dua rekan seusianya menari balet dipandu seorang balerina.
Saat berlatih teknik balet menggunakan bantuan bar yang menempel pada dinding, Trinity, tampak kesulitan menggengam bar bulat itu, sebab empat jemari tangan kirinya tak bisa menggengam.
Jempolnya mengeratkan pegangan, lalu mengambil posisi seimbang, menggeserkan kaki mengikuti arahan sang instruktur.
Sesekali, ketiganya tukar posisi, juga berganti teknik seperti berjinjit hingga ujung jari kaki jadi tumpuan, sembari tangan melakukan gerakan lain.
Tampak Trinity menyelesaikan semua teknik itu dengan mudah.
“Latihan balet ini membantu menggerakan motorik tangan dan kakinya,” kata Sarina.
Baca juga: 58 Terduga Teroris Bom Gereja Katedral Makassar Diterbangkan ke Jakarta
Meski begitu, luka bekas bakar pada kedua tangan dan wajah Trinity belum sembuh total. Tampak menonjol seperti kulit yang menebal dan mengilap.
Sarina dan suaminya masih berjuang mencari cara agar anaknya menjalani bedah estetika biar bekas luka bakar yang menonjol itu hilang.
“Kami minta diperhatikan pemerintah. Kami masih cari cara komunikasi dengan Gubernur (Kaltim) biar bisa bantu bedah estetika," kata Sarina.
Sejak awal terkena ledakan bom, Trinity menjalani operasi setidaknya 35 kali, untuk perbaikan kulit terbakar. Dari jumlah itu, sebanyak 18 kali operasi dilakukan di Guangzhou, China.
Namun, dokter di sana, kata Sarina, sudah maksimal menyembuhkan.
Trinity sudah dinyatakan sembuh 85 persen, setelah satu tahun mondar-mandir Indonesia-China.