Susilaningtyas mengatakan pernah bekerja sama dengan RSUD Abdul Wahab Sjahranie dalam hal pendampingan psikis korban, tapi selama satu tahun tak dimanfaatkan Trinity dkk karena berobat ke luar negeri. Sarina mengakui hal itu.
Tetty Siahan memilih menghentikan konseling psikologi anaknya Anita Kristabel, karena urusan administrasi yang berbelit. Selain itu, meski sudah dua tahun berjalan, tapi kontrol emosi anaknya belum stabil.
“Ribet, saat kami tunggu perpanjangan kontrak (kerja sama) antara LPSK dan rumah sakit, tunggunya lama,” kata Tetty.
Tetty ingin LPSK lebih aktif melakukan pendampingan terhadap anak mereka, terutama masa depannya.
Anita kini duduk kelas satu SD 002 Harapan Baru Samarinda. Sementara, Trinity duduk di Kelas 3 SD Hati Kudus di Samarinda Seberang.
Sarina pun Tetty bilang LPSK jarang komunikasi dengan mereka, kecuali saat hendak ke Samarinda.
“Kami ingin lebih diperhatikan. Tapi kami juga maklum, bukan kami saja yang diurus negara,” sebut Sarina.
“Cuma bagaimana nasib depan anak kami, mereka mungkin sulit diterima kerja karena cacat,” sambung dia.
Baca juga: Korban Bom Bali Kecam Usulan Fadli Zon soal Pembubaran Densus 88
Novita Sinaga di hadapan Boy Rafly menyampaikan pemerintah yang tak konsisten menempati janji beasiswa untuk anak korban bom Gereja Oikumene.
Sebelumnya, pada 2019 Pemprov Kaltim pernah menjanjikan beasiswa khusus korban bom Gereja Oikumene.
"Anak kami tidak pernah dapat beasiswa, padahal sebelumnya dijanjikan," ungkap Novita Sinaga ketika diundang dalam acara “Kolaborasi Penyintas" yang dilaksanakan BNPT di Hotel Mercure, Sabtu (18/9/2021).
Saat itu, Boy berjanji memperjuangkan beasiswa khusus keluarga korban teroris.
"Saya akan memperjuangkan apa yang belum pernah didapatkan oleh para penyintas ini. Dalam pertemuan ini saya baru mengetahui kondisi terkini para korban," kata Boy Rafly.
Susilaningtyas mengakui beasiswa untuk anak korban merupakan hal yang belum dipenuhi secara maksimal oleh Pemda dalam kaitannya dengan hak psikososial.
"Dulu Pak Wagub (Kaltim) sempat janjikan. Tapi sekarang dia enggak wagub lagi. Coba nanti kami koordinasi lagi dengan pemerintah daerah," kata dia.
"Untuk psikososial lain nanti diskusi dulu sama keluarga korban (bom)," sambung dia.
Sarina, Tetty dan Novita berharap pemerintah lebih serius memperhatikan anak mereka sebagai korban bom.
Ketiganya juga berharap agar kejadian sama tidak terjadi ke anak-anak lain di Kaltim.
Meski trauma korban bom belum terobati sepenuhnya, Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi mengeklaim Kaltim aman dari aksi terorisme dan radikalisme.
"Alhamdulillah hingga saat ini Kaltim merupakan daerah yang aman. Kami berterimakasih kepada FKPT yang selalu koordinasi jika ada hal-hal dianggap bisa mengganggu stabilitas keamanan daerah," ungkap Hadi saat menerima kunjungan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid di ruang kerjanya, Rabu (23/2/2022).
Baca juga: Temui Korban Bom di Makassar, Kapolri Jamin Negara Beri Pelayanan Terbaik
Setelah pulang dari China, setelah masuk sekolah Trinity minder dan malu dengan teman-temannya karena bekas luka bakar di wajah dan tangannya.
Dia tak begitu percaya diri karena bekas luka bakar di sekujur tubuhnya yang masih menonjol.
“Di sekolah teman-temannya lihat kaya aneh gitu, tapi setelah guru juga bantu jelaskan ke teman-temannya dia korban bom, teman-temannya jadi tahu," ungkap Sarina.
Meski begitu, Trinity terlihat mudah bergaul. Dia cenderung pasif di antara teman-temannya.
Suatu ketika, pada akhir 2019, Sarina memasukan anaknya itu ke sekolah musik Simfoni - Cantata untuk belajar tari balet dan piano. Hal itu agar bisa mengembalikan kepercayaan diri Trinity.
Setelah setahun berjalan, Trinity disebut mengalami banyak perubahan, makin percaya diri. Dia sering kali tampil saat sekolahnya mendapat undangan mengisi acara musik.
“Dia tampil terakhir 2 Desember 2021 lalu di City Centrum Samarinda saat sekolah menampilkan tari balet,” kisah Sarina.
Dari sebelumnya suka minder kini jadi percaya diri dan berani.
Liputan ini menjadi bagian dari program training dan hibah Story Grant: Mengembangkan Ruang Aman Keberagaman di Media oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) yang terlaksana atas dukungan International Media Support (IMS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.