Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Ikan Raksasa di Sungai Batanghari Sumatera

Kompas.com - 20/08/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Arief Nurochim adalah generasi terakhir pemburu ikan raksasa yang hidup di Sungai Tembesi, anak Sungai Batanghari Sumatera.

Ikan raksasa itu disebut ikan tapah.

Di kampungnya di Desa Pauh, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi, hanya Arief dan orang-orang sepuh yang masih mencari ikan tapah secara tradisional.

Arief mendapatkan ilmu menangkap ikan tapah dari sang paman. Ia belajar membuat alat tangkap tradisional seperti menteban, lampung, tagang, dan jalo rambang.

Namun sejak empat tahun terakhi, Arief berburu ikan sendirian karena sang paman meninggal.

"Turun temurun dari keluarga. Terakhir paman yang mengajari Saya berburu tapah," kata office boy di salah satu bank plat merah ini, saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (19/8/2020).

Baca juga: Cerita Pemburu Ikan Raksasa di Sungai Batanghari, Sering Dikejar Ular Welang, Videonya Viral di YouTube

Ditangkap secara tradisional

Sungai Batanghari menjadi tempat favorit masyarakat Kota Jambi untuk menghabiskan waktu pada sore hari. KOMPAS.COM/FABIAN JANUARIUS KUWADO Sungai Batanghari menjadi tempat favorit masyarakat Kota Jambi untuk menghabiskan waktu pada sore hari.
Ikan yang berbobot puluhan kilogram itu itu keluar mencari makan saat malam hari. Ikan tapah itu suka berlama-lama di tebing curam atau daerah bergambut dan di sela-sela pohon besar.

Jika kondisi air surut, Arief akan mempersiapkan alat tangkap tradisionalnya yakni jalo rambang, pukat, dan lapun.

Namun jika kondisi air sungai banjir, Arief akan menggunakan alat manteban dan pancing tagang.

Kepada Kompas.com Arief bercerita jika jalo rambang adalah jenis jala yang terbuat dari anyaman tali senar yang memiliki ukuran besar dengan berat puluhan kilogram.

Baca juga: Pasar di Batanghari-Jambi Kebakaran, Awalnya Percikan Api Dikira Cahaya Lampu, Belasan Kios Ludes

Sedangkan kapun adalan anyaman tali senanr yang dibingkai dengan rotan lalu ditancapkan ke dasar sungai.

Sementara tagang adalah sejenis tajur atau pancing dengan mata kail yang cukup besar. Biasanya Arief menggunakan anakan lele untuk umpan.

Terkadang ia juga menggunakan alat tangkap yang hampir punah yakni manteban.

Manteban terbuat dari anyaman bambu yang kemudian dipasang di tepi jalan tempat lewatnya ikan tapah. Untuk memggunakan manteban, Arief tidak perlu menggunakan umpan.

Baca juga: 2.517 Narapidana di Jambi Dapat Remisi

Arief memilih waktu malam hari untuk berburu ikan raksasa itu. Ia akan naik perahu dibantu dengan penerangan senter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com