JAMBI, KOMPAS.com - Sebagai sungai terpanjang di Sumatera, Batanghari adalah tempat hidup ikan raksasa berbobot ratusan kilogram dengan umur puluhan tahun.
Kondisinya sekarang telah tercemar dampak dari penambangan emas tanpa izin (PETI).
Selain PETI, para pemburu ikan raksasa di Sungai Tembesi, anaknya Sungai Batanghari terancam alat setrum ikan.
Pendapatan nelayan turun drastis, biasanya bisa mendapat ikan dengan bobot ratusan kilogram, sekarang hanya puluhan kilogram, itu pun sulit didapat.
Baca juga: Ikan Raksasa Seberat Satu Ton Ditemukan Nelayan di Poso
Ayah satu anak bernama Arief Nurochim adalah spesialis pemburu ikan raksasa penghuni Sungai Tembesi, yakni ikan tapah.
Setelah pamannya meninggal dunia, Arief sendirian berburu ikan sejak empat tahun lalu.
Sang paman mewariskan ilmu berburu ikan tapah. Mulai dari membuat alat tangkap tradisional seperti menteban, lampun, tagang dan jalo rambang.
"Turun temurun dari keluarga. Terakhir paman yang mengajari Saya berburu tapah," kata office boy di salah satu bank plat merah ini, saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (19/8/2020).
Baca juga: Sungai Batanghari Meluap, Ribuan Rumah di Jambi Terendam Banjir
Meskipun terbilang muda, Arief tidak tertarik menangkap ikan dengan setrum, meskipun hasilnya bisa puluhan kilo dalam semalam.
Menurutnya itu merusak dan membunuh ikan-ikan kecil. Dia setia dengan alat tangkap tradisional yang hampir punah, yakni menteban.
Sudah jarang anak muda yang menangkap ikan dan mengenal alat ini, kata Arief. Menteban terbuat dari anyaman bambu. Alat ini tidak menggunakan umpan.
Menteban dipasang di tepi-tepi sungai tempat jalannya ikan. Arief paham betul, seluk beluk ikan tapah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.