Ikan tersebuttertangkap di Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi.
Namun saat ini Sungai Batanghari tercemar dampaj dari penambangan emas tanpa izin (PETI).
Selain itu, para pemburu ikan raksasa juga terancam dengan alat setrum ikan.
Baca juga: Sawitku Sayang, Sekolahku Tenang, Bisnis Mandiri Guru-Siswa SMPN 11 Batanghari
Ahli taksonomi dan biodiversitas air tawar, Universitas Jambi, Tedjo Sukmono menuturkan setiap perubahan kualitas air yang menurun, karena aktivitas PETI, akan berdampak pada kehidupan biota air termasuk ikan berukuran besar seperti tapah dan pari.
Apabila bobot ikan yang ditemukan di atas 100 kilogram, berarti habitatnya masih mendukung ketersedian makanan.
Tapi jika ikan raksasa sulit ditemukan lagi dan hanya ikan yang berukuran kecil, dapat disimpulkan hanya sebagai area bertahan (refuge area) dari tekanan terhadap lingkungan.
Baca juga: Kronologi Bocah 9 Tahun Terjebak dan Tewas Saat Rumahnya Terbakar di Muaro Jambi
Menurut Tedjo, ancaman ikan-ikan besar saat ini adalah overfishing. Yakni penangkapan dalam skala besar atau berlebih.
"Contohnya setrum ikan," katanya kepada Kompas.com.
Ancaman berikutnya fragmentasi habitat, kerusakan habitat dan penurunan kualitas air.
Tentu sudah banyak riset yang dikeluarkan bahwa air sungai Batanghari sudah tercemar karena terdampak PETI.
Kalau untuk ikan pari dengan bobot di atas 100 kilogram usia hidupnya sudah mencapai 20-25 tahun. Sedangkan tapah untuk ukuran yang sama, masih belum diidentifikasi.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Suwandi | Editor: Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.