Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diguyur Hujan Deras, Puluhan Rumah di Gunungkidul Terendam Banjir

Kompas.com - 08/03/2020, 23:51 WIB
Markus Yuwono,
Dony Aprian

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras dalam beberapa hari terakhir menyebabkan sebuah telaga di dusun Nglindur Kulon, Desa Nglindur, Kecamatan Girisubo, meluap.

Sekretaris Kecamatan Girisubo Arif Yahya mengatakan, akibatnya sebanyak ada 17 kepala keluarga terdampak.

"Jadi hujan sejak Sabtu (7/3/2020) kemarin menyebabkan telaga tak mampu menampung air, dan membludak ke pemukiman warga," kata Arif saat dihubungi melalui sambungan telepon Minggu (8/3/2020).

Baca juga: Bogor Kerap Dituding Penyebab Banjir Jakarta, Bupati Ade Yasin Ungkap 5 Hal Ini

Dijelaskannya, lokasi tersebut berada di bawah telaga, dan tidak ada pembuangan air.

Pengurangan debit air dilakukan dengan menyedot menggunakan tangki dan dibuang ke luweng.

"Sekarang sudah mulai surut, warga tidak mengungsi," ucap Arif.

Selain itu, genangan juga sempat terjadi di Dusun Pakel Kopek, dan dusun Pucung, Desa Pucung.

"Ke depan untuk wilayah Nglindur kulon agar tidak terjadi genangan lagi kemungkinan telaga akan diperdalam, atau membuat sodetan air dimasukkan ke luweng terdekat," kata Arif.

Baca juga: 4 Orang Pemilik Tambang Emas Ilegal Jadi Tersangka Banjir Bandang Lebak

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, hujan deras yang terjadi hari Sabtu hingga Minggu menyebabkan sejumlah wilayah terendam banjir.

"Saat ini di Dusun Sawah sudah surut, dan dilakukan pembersihan oleh masyarakat," kata Edy.

Dari laporan BMKG Yogyakarta, kata dia, saat ini memasuki puncak musim hujan hingga 9 Maret 2020.

"Kami sudah memberikan informasi ke seluruh FPRB untuk waspada dampak puncak musim hujan," kata Edy. 

Sementara itu, Camat Semanu Huntoro Purbo Wargono mengatakan, luweng di sekitar lahan yang kebanjiran butuh diperbaiki, sehingga bisa menampung debit air dari hujan.

Dia berharap BPBD Gunungkidul atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait melakukan normalisasi luweng. "Luwengnya kecil sehingga tidak bisa menampung air yang cukup banyak," kata Huntoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com