MAGETAN , KOMPAS.com - Tujuh desa di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih akibat musim kemaru yang lebih panjang.
Padahal tahun sebelumnya, tujuh desa tersebut tidak mengalami krisis air di musim kemarau.
"Sumur warga di tujuh desa ini mulai kering, sebelumnya tidak pernah kering," ujar Kasie Kedaruratan BPBD Kabupaten Magetan Feri Yoga Saputra, Jumat (4/10/2019).
Feri mengungkap, banyaknya penggalian sumur dalam untuk pengairan diduga menjadi penyebab meluasnya desa terdampak kekeringan tahun ini di Kabupaten Magetan selain musim kemarau yang panjang.
Baca juga: Krisis Air Bersih, Warga Cianjur Manfaatkan Cerukan Tepi Sawah
Pembangunan sumur dalam menyebabkan sumur warga menjadi kering, padahal sumur merupakan sumber air bagi warga.
"Rata-rata di wilayah Kabupaten Magetan itu tersedot dengan sumur dalam. Jadi sumur dalamnya lebih lancar, imbasnya kepada sumur warga," imbuhnya.
Dengan bertambahnya tujuh desa mengalami kekeringan, total ada 10 desa di Kabupaten Magetan yang mengalami krisis air di musim kemarau tahun ini. Dari 10 desa, sebanyak 11.000 jiwa terdampak krisis air besih.
"Jadi totalnya ad 10 Desa yang terdampak kekeringan tahun ini. Jumlah jiwa yang terdampak diperkirakan mendekati angka 11.000 jiwa," kata Feri.
Dari prakiraan cuaca BMKG diperkirakan hujan baru akan turun di Kabupaten Magetan pada pertengahan bukan November.
Untuk memenuhi kebutuhan warga yang terdampak kekeringan, BPBD melakukan droping sebanyak 128.000 liter atau 18 mobil tangki air setiap hari kepada warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.