Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Bersih, Warga Cianjur Manfaatkan Cerukan Tepi Sawah

Kompas.com - 01/10/2019, 11:56 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.comKrisis air bersih yang masih melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, membuat warga harus mencari sumber-sumber air baru.

Hal ini seperti yang dialami warga di Kampung Cikole RT 003 RW 001 Desa Cibaregbeg, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 

Sudah dua bulan terakhir mereka harus mengantre pagi dan sore hari sekadar untuk mendapatkan seember air yang diambil dari cerukan kecil di tepi sawah.

Cerukan itu pun kini menjadi andalan satu-satunya ratusan warga setempat dalam mendapatkan air yang lumayan bersih, setelah sumber-sumber air yang biasa digunakan, seperti kolam, sumur dan sungai mengering.

Baca juga: Cerita Warga yang Kekeringan, Terpaksa Mandi ke Sungai yang Airnya Bercampur Kotoran

“Sudah dua bulan sumur tidak ada airnya. Untung masih ada cerukan ini, jadi masih bisa mendapatkan air meski harus antre panjang,” tutur Ning Hallimah (40), salah seorang warga kepada Kompas.com, Selasa (1/10/2019).

Ning menyebutkan, sejak musim kemarau datang atau sekitar lima bulan yang lalu, debit air di sumurnya terus menyusut.

“Sekarang sudah tidak ada airnya sama sekali. Aliran sungai juga sama kering, Kalau yang sungai kering itu sejak bendungan irigasi Cikondang jebol, air sudah tidak mengalir lagi ke sungai sini,” ujar dia.

Selain dimanfaatkan oleh warga setempat, cerukan itu juga menjadi sumber air bagi warga dari kampung dan desa lain.

“Di kampung sudah tidak ada sumber air lagi, jadinya ikut ngambil ke sini, alhamdulilah masih ada, dan warga di sini mau berbagi,” tutur Eden (50), warga Kampung Parigi Desa Sukamaju, Cibeber, Cianjur.

Namun, karena jaraknya lumayan jauh, sekitar 1,5 kilometer, Eden mengaku, hanya sanggup mengangkut empat ember air.

“Sehari paling bisa dua kali, malam dan pagi, paling dapat dua jerigen. Untuk kebutuhan memasak, mandi dan cuci,” kata dia.

Ceceng (37), Sekretaris RT 003 RW 001 Kampung Cikole menyebutkan, krisis air bersih yang menimpa ratusan warganya akibat musim kemarau ditambah aliran sungai setempat yang mengering pasca-bendungan irigasi Cikondang jebol beberapa bulan lalu.

“Yang tersisa tinggal dua sumber air ini. Kalau air yang di cerukan biasanya dipakai warga buat memasak dan mandi karena lumayan tidak begitu keruh. Kalau yang kolam ini khusus untuk MCK saja karena kondisinya kurang layak, keruh dan sedikit bau,” kata dia.

Baca juga: Kekeringan Semakin Parah, Warga Bangun Tandon Kolam Terpal

Ceceng menyebutkan, dua sumber air tersebut tak hanya dimanfaatkan oleh warganya, namun juga oleh warga dari kampung dan desa lain, seperti dari Kampung Parigi dan Kampung Pasirmalang, Desa Sukamaju.

“Agar tertib, jadwalnya diatur, digilir. Untuk warga sini mengambil airnya pagi dan sore, kalau yang dari luar, malam dan subuh,” ucap dia.

Hingga saat ini, wilayahnya belum pernah mendapatkan bantuan berupa pasokan air bersih dari pemerintah maupun instansi terkait.

“Padahal, kami sangat mengharapkan itu. Karena dua sumber air yang tersisa ini debit airnya sudah semakin menyusut,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com