Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Kisah Penghuni Panti Jadi Direktur Utama | Presenter TVRI Ditemukan Tewas di Selokan

Kompas.com - 22/07/2019, 06:58 WIB
Candra Setia Budi

Editor

 

KOMPAS.com - Nasib memang Tuhan yang menentukan, tetapi manusia harus berusaha supaya apa yang dicita-citakan bisa terwujud.

Kata-kata itu selalu dijadikan pegangan oleh Akhmad Mundholin, penghuni panti asuhan yang kini menjadi Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kendal, Jawa Tengah, berita ini menjadi sorotan pembaca.

Mundholin mengatakan, apa yang dicapai saat ini tidak mudah. Selain membutuhkan perjuangan dan kesabaran, perlu juga untuk banyak berdoa kepada Tuhan.

Sementara itu, berita presenter TVRI ditemukan tewas mengenaskan di selokan juga menjadi sorotan pembaca.

Seorang presenter Lembaga Penyiaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang juga pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bernama Abu Saila alias Aditya, ditemukan tewas mengenaskan dalam selokan di Jalan Syech Yusuf Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonda, Kota Kendari, Minggu (21/7/2019).

Di tubuh korban ditemukan luka tusukan, seperti di bagian perut, dahi dan lengannya.

Jasad tersebut terbaring menggunakan celana pendek warna krem dan baju kaos hitam, di bagian tangan sebelah kanan korban masih menggunakan jam tangan. Kondisi jenazah berlumuran darah.

Berikut ini berita populer nusantara selengkapnya:

1. Kisah penghuni panti asuhan kini jadi direktur utama

Mundholin, saat berfoto dengan kawan-kawannya. KOMPAS.com/SLAMET PRIYATINKOMPAS.com/SLAMET PRIYATIN Mundholin, saat berfoto dengan kawan-kawannya. KOMPAS.com/SLAMET PRIYATIN

Mundholin bapak tiga anak yang kini tinggal di Desa Pidodo Kulon, Patebon, Kendal, ini menceritakan bahwa masa kecilnya sangat sulit dilalui. Sewaktu umur 2 tahun, ia sudah harus menjadi anak yatim. Sebab, Ayahnya meninggal dunia.

Saat itu, kehidupan ekonomi keluarganya benar-benar memprihatinkan. Bahkan, untuk makan saja, menurut Mundholin, keluarganya kadang masih bergantung dari bantuan tetangga yang dermawan.

“Hidup kami sangat susah,” kata Mundholin, sambil meneteskan air mata, saat ditemui, Sabtu (20/7/2019).

Mundholin mengatakan, untuk menghidupi 8 orang anak, ibunya bekerja sebagai penarik karcis pedagang pasar. Lantaran gajinya tidak cukup untuk menghidupi 8 anaknya itu, ibunya mencari pendapatan tambahan dengan bekerja sebagai tukang sapu di Pasar Pidodo Kulon.

Mudholin yang merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara tersebut menceritakan, selepas menamatkan sekolah dasar, ia dilanda kebingunan . Sebab ia ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Namun, ia sadar bahwa untuk melanjutkan sekolah ke SMP, ibunya sudah tidak ada biaya.

Baca juga: Kisah Penghuni Panti Asuhan yang Kini Jadi Direktur Utama

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com