Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Isu Tsunami di Cilacap, BMKG Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Kompas.com - 21/07/2019, 14:21 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

CILACAP, KOMPAS.com - Masyarakat yang tinggal Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tidak perlu khawatir mengenai potensi terjadinya gempa dan tsunami di sepanjang pesisir laut selatan Jawa.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, saat ini BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini tsunami di Cilacap dan daerah lainnya di Indonesia.

"Sehingga masyarakat tidak perlu takut dan khawatir beraktivitas di pantai. Masyarakat di pesisir selatan Jawa tetaplah beraktivitas normal seperti biasa, tetap bekerja, tetap produktif dengan melakukan aktivitas usaha di pantai," kata Daryono melalui keterangan tertulis, Minggu (21/7/2019).

Baca juga: Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, Bagaimana Para Ahli Menentukannya?

Menurut Daryono gempa kuat hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya, di mana lokasinya, dan berapa kekuatannya. 

"Kapan gempa akan terjadi belum ada yang tahu, sehingga jangan mudah percaya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," jelas Daryono.

Namun, Daryono mengingatkan kepada masyarakat agar selalu waspada. Sikap waspada harus dilakukan, tetapi masyarakat tidak perlu terlalu takut dan khawatir berlebihan, karena justru akan membuat tidak produktif dan mengganggu aktivitas kehidupan normal.

Baca juga: Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, BMKG Tegaskan Mengungsinya Bukan Sekarang

"Apalagi mengungsi, maka tidak perlu dilakukan, karena tidak ada dasar untuk melakukan pengungsian," lanjut Daryono.

Daryono menegaskan BMKG selalu siap untuk memberi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami jika memang terjadi gempa yang berpotensi tsunami.

Sebelumnya beredar informasi mengenai potensi gempa dan tsunami di wilayah Pantai Selatan Jawa dengan ketinggian 20 meter melalui media sosial.

Kompas TV Orangtua siswa dan guru di SD Unggasan, Badung, Bali membersihkan sekolah dan memperbaiki atap bangunan yang rusak pascagempa bermagnitudo 6,0. Akibat gempa sejumlah bangunan dan rumah warga rusak terutama di bagian atap. Gotong-royong ini di lakukan secara spontan untuk memulihkan suasana dan proses belajar mengajar di sekolah. Pihak sekolah sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut langsung dalam gotong-royong perbaikan sehingga sejumlah bangunan yang rusak bisa digunakan untuk sementara. Pascagempa sekolah meliburkan siswanya sampai batas waktu yang belum di tentukan dan masih menunggu keputusan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Badung. Sebelumnya, gempa bermagnitudo 6,0 mengguncang Bali pada Selasa (16/7/2019) pagi, gempa mengakibatkan beberapa kaca pecah dan bagian bangunan rubuh. Bmkg pastikan gempa tidak berpontensi tsunami. BMKG juga mengungkapkan jika pusat gempa terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara. Analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa bumi ini berkekuatan magnitudo 6 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 5,8. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 9,08 LS dan 114,55 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 80 km arah selatan Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali pada kedalaman 104 Km. Gempa bumi selatan di Jawa-Bali-Nusa Tenggara ini, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempa bumi berkedalaman menengah ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia. #GempaBumi #Bali #GotongRoyong
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com