Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kampung Leng, Puluhan Tahun Menjaga Hutan Lindung di Tengah Keterbatasan

Kompas.com - 19/06/2019, 11:42 WIB
Nansianus Taris,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Sejak tahun 1930-an hingga sekarang, nenek moyang warga Kampung Leng, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka memilih tetap menetap di tengah hutan lindung Egon Ilin Medo.

Ada 20 kepala keluarga yang tinggal kampung yang berada di tengah hutan lindung itu.

Di kampung tersebut tidak ada listrik, sekolah, air bersih, pelayanan kesehatan, bahkan kios untuk belanja.

Warga Kampung Leng benar-benar hidup dalam keterbatasan dan tidak mendapatkan fasilitas seperti masyarakat lainnya.

"Kami di sini sedih. Kami minum air di kali dengan jarak 2 kilometer dari kampung. Anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan karena sekolah tidak ada. Kalau ada keluarga yang sakit kami harus gotong pakai bambu dan melewati jalan terjal sejauh 10 kilometer. Itulah kondisi kami di sini," ungkap Marianus Nong, salah seorang kepala keluarga Kampung Leng kepada Kompas.com, Selasa (18/6/2019).

Baca juga: Ada Tumpukan Pasir di Hutan Lindung, Monyet Ekor Panjang Menghilang

Ia mengatakan, untuk penerangan malam, warga di Kampung Leng mengandalkan lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah.

Kata Marianus, untuk mendapatkan minyak tanah, warga Kampung Leng harus turun ke ibukota Kecamatan Waigete.

"Dari kampung ini kita jalan kaki di tengah hutan dengan jalan sempit dan curam. Pokoknya kami kalau mau belanja barang kebutuhan rumah tangga itu, pulang pikul barang dengan jalan kaki. Tidak ada jalan masuk untuk dilalui kendaraan ke kampung," ujar Marianus.

Sementara itu, Bernadus Tobi, ketua RT di Kampung Leng mengungkapkan hampir seluruh anak-anak di kampung itu tidak bersekolah lantaran jarak tempuh menuju sekolah sangat jauh.

Menurutnya, di Kampung Leng memang sudah ada bangunan posyandu. Tetapi, petugas kesehatan datang ke Kampung Leng sebulan sekali.

"Kami tidak bisa pindah dari sini. Tanaman komoditi kami sudah besar. Kami juga pelihara ayam, babi, dan kambing di sini. Itu semua sudah bisa mencukupi kehidupan keluarga," ungkapnya.

Baca juga: Bappenas Pastikan Ibu Kota Baru di Kalimantan Tak Ganggu Hutan Lindung

Ia menambahkan, warga Kampung Leng berharap ada bantuan air bersih, sekolah, dan puskesmas dengan tenaga medis yang siaga.

"Itu saja yang kami minta. Kami sangat butuh perhatian pemerintah untuk bisa memberi fasilitas pendidikan, kesehatan, dan air minum," tambahnya.

"Karena kami hidup di hutan, semuanya kami bergantung dengan alam. Tetapi di sini kami tidak pernah merusak hutan. Kalau ada warga yang menebang pohon kena denda adat. Jadi warga di sini mengelola lahan yang jadi milik mereka. Tidak merambah hutan," sambungnya.

Pantauan Kompas.com di Kampung Leng, warga hidup rukun dan berdampingan. Semangat gotong royong masih sangat kuat dalam kehidupan harian mereka.Selain itu, warga Kampung Leng juga masih memegang teguh adat istiadat dari nenek moyang mereka.

Rumah warga Kampung Leng terbuat dari bahan alami. Berlantai tanah, berdinding belahan bambu dan beratapkan ilalang.  Namun sebagian rumah sudah ada yang beratapkan seng.

Baca juga: Kerangka Manusia Ditemukan di Hutan Lindung, Awalnya Dikira Jamur

Anak-anak di Kampung Leng masih susah berkomunkasi dengan orang luar yang datang ke kampung tersebut.

Saat ada orang baru, anak-anak Kampung Leng akan lari masuk ke pemukiman dan melapoe ke orangtuanya jika ada tamu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com