Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Banjir dan Longsor di Yogyakarta Menurut Analisis BMKG

Kompas.com - 18/03/2019, 18:08 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan penyebab terjadinya banjir dan longsor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (17/3/2019).

Menurut dia, bencana alam tersebut terjadi akibat cuaca ekstrem yang memicu terjadinya curah hujan tinggi. Cuaca ekstrem itu diakibatkan topan Savannah. Saat ini, imbas Savannah sudah mulai berkurang namun masyarakat tetap harus waspada.

Hal itu diungkapkan Dwikorita saat meninjau longsor yang terjadi di kompleks makam raja-raja di Imogiri, Bantul, DIY, Senin (18/3/2019) sore.

Dia menyebutkan, pada Minggu, curah hujan di DIY mencapai 148 mm, sementara curah hujan disebut ekstrem jika mencapai 50 mm per hari. "Ini (curah hujan di Minggu) tiga kalinya (curah hujan ekstrem)," kata Dwikorita.

Baca juga: BNPB: Waspadai Potensi Banjir dan Longsor di Yogyakarta Dua Hari ke Depan

Dia menambahkan, longsor di Imogiri, Bantul, disebabkan karena wilayah perbukitannya rapuh karena kemiringannya. Bencana longsor akan sewaktu-waktu terjadi jika ada hujan deras ekstrem atau gempa. Namun jika tidak, maka tidak akan terjadi longsor.

"Pertanyaannya Kapan akan terjadinya longsor? Menunggu pemicu. Pemicunya apa? Antara lain curah hujan yang ekstrem. Bisa juga pemicunya gempa bumi atau getaran. Sehingga kalau ditanya kapan longsornya ya tinggal menunggu turunnya hujan yang ekstrem atau terjadinya getaran seperti itu," kata Dwikorita.

Menurut dia, saat ini fungsi peringatan dini yang dikeluarkan BMKG adalah memberitahukan paling tidak tiga hari sampai beberapa jam sebelum terjadi hujan ekstrem.

Sehingga, menurut dia, seharusnya daerah rawan longsor lebih bersiap diri.

Baca juga: Pantai Baron Yogyakarta Diterjang Banjir, Alirannya Deras seperti Air Terjun

"Penduduknya bisa diinformasikan kalau ada hujan segera menjauh dari lereng yang terjal jangan berada di sini. Karena ini siap meluncur tinggal menunggu yang mendorong belum ada jika hujan," ucapnya.

"Masyarakat perlu disadarkan apabila saat terjadi hujan segera meninggalkan lokasi lereng seperti ini. Kalau sudah reda saya pun ke sini Insya Allah tidak apa-apa."

Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan, cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi sampai beberapa hari ke depan. Walaupun, topan Savannah mulai menjauh.

"Topan Savannah sudah mulai menjauh dari tempat kita tetapi karena suhu permukaan laut di wilayah Jawa Tengah masih hangat memunculkan low preasure area atau daerah tekanan rendah di pesisir laut selatan. Itu bisa memicu hujan ekstrem yang sifatnya sesaat," kata Reni.

"Yang patut diwaspadai daerah selatan juga Jawa Tengah bagian tengah termasuk DIY dan daerah Imogiri ini masih berpotensi curah hujan yang tinggi. Puncak hujan kami prediksi pada Februari tetapi awal Maret ini masih berpotensi curah hujan yang tinggi." jelasnya.

Baca juga: 6 Fakta Banjir dan Longsor di DIY, Bantul Paling Parah hingga Terjang Kompleks Makam Raja di Imogiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com