Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah DBD, Pemkot Magelang Galakkan Program Jumantik

Kompas.com - 31/01/2019, 09:42 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, menggalakkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk pencegahan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Seperti diketahui, nyamuk ini menjadi penyebar penyakit demam berdarah.

"Jadi setiap rumah harus ada satu anggota keluarga yang aktif memantau ada jentik nyamuk atau tidak di dalam rumahnya,” jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Magelang Yis Romadhon, Rabu (30/1/2019).

Selain itu, fogging atau pengasapan juga masih dilakukan meskipun dibatasi hanya dilakukan di kampung yang ditemukan ada korban positif terkena DBD dan atau minimal terdapat tiga orang terjangkit panas dan demam. Jika tidak, maka fogging lebih dihindari.

Baca juga: Tahun Ini, Jumlah Penderita DBD di Magetan Naik 300 Persen

"Sebab fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Sedangan jentiknya tidak mati. Untuk mematikannya harus dimatikan habitatnya di genangan air itu. Makanya, satu rumah satu jumantik ini harus benar-benar dijalankan,” kata dia.

Pertimbangan lainnya, lanjut Yis, angka jentiknya kurang dari 90 persen baru dilakukan fogging. Sepanjang bulan ini, pihaknya telah melakukan pengasapan di 10 titik saja.

"Selain fogging kita juga rutin menyosialisasikan 3M dan mendistribusikan abate ke tiap kelurahan," jelasnya.

Daerah rawan DBD

Yis menyebutkan beberapa kelurahan yang rawan terserang DBD di antaranya Kelurahan Kemirirejo, Jurangombo Selatan, Tidar Utara, dan Kramat Utara.

Kemudian, tempat fasilitas publik seperti pasar tradisional, taman, sekolah, terminal, dan lain sebagainya juga menjadi skala prioritas pengasapan.

Baca juga: Bupati Ponorogo Gratiskan Biaya Pengobatan Penderita DBD

Pihaknya memprediksi puncak serangan DBD terjadi hingga Maret 2019 mendatang. Namun kemungkinan kasus DB akan mulai turun pada April, Mei, dan seterusnya sampai kemarau tiba.

"Tetapi tahun ini, pergantian musim kemarau ke musim hujan agak terlambat. Sekitar bulan Oktober kemarin, jadi kami perkirakan kalau kasus DBD akan mencapai puncaknya sekitar Maret," katanya, Rabu (23/1/2019).

Per Januari 2018, pihaknya mencatat tersangka pengidap DBD sebanyak 30 orang. Namun dari sekian itu, hanya 4 penderita yang sudah dinyatakan positif DBD.

"Empat kasus ini merupakan warga ber-KTP Kota Magelang. Kami mendapatkannya dari rumah sakit yang ada," tuturnya.

Baca juga: Virus Dengue DBD Juga Berevolusi, Apa Bedanya Sekarang dan Dulu?

Perbandingan tahun lalu pada bulan yang sama, kata Yis, kasus DBD di Kota Magelang mengalami penurunan. Tahun lalu tercatat 12 kasus pada bulan Januari.

"Tahun kemarin puncaknya pada bulan Februari, ketika intensitas hujan sedang tinggi-tingginya," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com