Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT Perkenalkan Salam Wajib Nasional di Hadapan Fahri Hamzah

Kompas.com - 24/01/2019, 23:15 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com — Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat di hadapan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memperkenalkan kebiasaannya bersama wakil gubernur menyampaikan salam nasional dari berbagai agama di berbagai forum dan kesempatan.

Setiap salam tersebut wajib hukumnya untuk dijawab oleh forum.

"Pa Fahri, sejak saya gubernur, saya bersama wakil gubernur selalu menyampaikan salam-salam nasional dalam berbagai acara yang kami ikuti. Di gereja, di masjid semua salam tersebut harus dijawab," kata Viktor Laiskodat saat menerima Kunjungan Kerja Tim Pengawas DPR RI terkait Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Ruang Rapat Gubernur Kantor Gubernur Sasando, Kamis (23/1/2019).

Tim yang dipimpin Fahri Hamzah tersebut terdiri lima orang anggota DPR. Mereka adalah Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Gerindra), Julius Pote Leba (Golkar), Anton Surato (Demokrat), Ali Saputra Syah Pahn (PAN), dan Muhammad Iqbal (PPP).

Baca juga: Kunjungi NTT, Fahri Hamzah Sebut Gubernur Viktor Semakin Kurus

Tujuan kunker tersebut memantau dan menggali informasi terhadap tiga isu utama dalam Undang-undang 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yakni pra-penempatan, penempatan dan pasca-penempatan pekerja migran di NTT.

Viktor menegaskan, kewajiban menyampaikan dan menjawab salam-salam itu bertujuan untuk memperlihatkan bahwa NTT merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. NTT adalah Nusa Terindah Toleransi.

"Kalau saya di gereja, saya ucapkan assalamualaikum, tidak ada yang jawab saya ulang lagi. Sampai mereka jawab, baru saya lanjutkan pembicaraan," ujar Viktor.

Di tempat yang sama, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengapresiasi kedatangan Wakil Ketua DPR tersebut ke NTT. Baginya, Fahri merupakan sosok pribadi yang unik.

"Bagi masyarakat NTT, Fahri ini adalah orang yang dibenci sekaligus dicintai. Ungkapan Latin-nya, odi et amo. Waktu saya DPR dulu, dia masih adek-adek, tapi sekarang sudah jadi besar. Wajib hukumnya adek-adek bantu kakak di NTT," kata Josef dalam nada kelakar.

Sementara itu, Fahri Hamzah saat ditanya terkait sikapnya atas kejadian penolakan masyarakat NTT terhadap kehadirannya beberapa waktu lalu, menegaskan hal tersebut sebagai suatu hal yang biasa dalam perjalanan kariernya.

Baca juga: Fakta Rencana Penutupan TN Komodo oleh Gubernur NTT, Tawarkan Revitalisasi hingga Tanggapan Wapres Jusuf Kalla

Kejadian tersebut justru mendorongnya untuk terus memperjuangkan kepentingan masyarakat Sunda Kecil.

"Penolakan seperti itu hal yang biasa. Saya ini kan figur yang kontroversial, banyak bicara. Tapi saya tidak boleh berhenti berbicara karena kalau berhenti, orang Sunda Kecil, NTB tanah kelahiran saya, Sumbawa, NTT nggak terdengar di pusat. Saya harus bicara karena itu tugas saya. Kasih saya pekerjaan supaya saya gonggong pemerintah pusat bantu pemerintah daerah," pungkas Fahri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com