KOMPAS.com - Sebanyak 17.400 rumah di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terverifikasi mengalami kerusakan pasca-gempa. Kerugian sementara yang terhitung hingga saat ini adalah Rp 8,8 triliun.
Selain itu, Pemerintah Provinsi NTB membantah ada instruksi bagi para pengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.
Sejumlah fakta-fakta terbaru terkait gempa Lombok terangkum sebagai berikut:
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi kerusakan dan kerugian mencapai Rp 7,45 triliun. Namun, data terakhir menunjukkan kerugian sementara mencapai Rp 8,8 triliun.
Berdasar data dari BNPB, rincian kerugian tersebut adalah sebagai berikut: 125.744 unit rumah rusak, terdiri atas rusak berat 74.354 unit dan rusak ringan 51.390 unit.
Infrastruktur yang rusak terdapat 174 unit, terdiri atas jembatan (18 unit), jalan (153 ruas), dan tanggul (3 unit).
Untuk sarana pendidikan yang rusak sebanyak 635 unit, terdiri atas PAUD (73 unit), SD (294 unit), SMP (93 unit), SMA dan SMK (44 unit), madrasah (104 unit), pesantren (23 unit), dan perguruan tinggi (4 unit).
Sebanyak 99 sarana kesehatan rusak, antara lain rumah sakit (3 unit), puskesmas (30 unit) pustu (64 unit) dan posyandu (2 unit).
Tempat ibadah yang rusak terdapat 789 unit, terdiri atas masjid (349 unit), mushola/langgar (333 unit), gereja (27 unit), vihara (28 unit) pura/pelinggih (52 unit).
Gedung pemerintahan dan swasta yang rusak terdapat 147 unit. Untuk sektor perekonomian dan perdagangan yang terdampak terdapat 1.941 unit terdiri atas kios/toko (1.836 unit), hotel/penginapan (92 unit), pasar tradisional (13 unit).
Baca Juga: Viral 3 Oknum Polisi Naiki Bangkai Hiu Raksasa, Polda DIY Minta Maaf
Belajar dari pengalaman, Pemerintah Kota Mataram tidak ingin tergesa-gesa menginstruksikan para pengungsi untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Kami tidak akan mengeluarkan instruksi kembali ke rumah bagi para pengungsi seperti sebelum adanya gempa susulan. Biarkan alam yang membawa pengungsi pulang ke rumah masing-masing," kata Wakil Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana, dilansir dari Antara, Selasa (28/8/2018).
Mohan mengatakan, dari hasil pengamatan terakhir, para pengungsi beberapa masih bertahan di pengungsian. Hal itu karena lokasi tersebut dianggap lebih aman daripada di rumah mereka.