PALEMBANG, KOMPAS.com - Jenazah Tri Widyantoro (44), sopir taksi online yang menjadi korban perampokan, dimakamkan oleh keluarga di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kamboja, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (5/5/2018).
Sekitar pukul 10.30 WIB, pihak keluarga menerima jenazah Tri dari RS Bhayangkara Palembang lalu membawanya ke rumah duka untuk dishalatkan.
Rohana (43), istri korban, bersama ketiga anaknya terlihat tegar ketika menyaksikan prosesi pemakaman suaminya.
Sesekali Rohana menyeka air mata yang turun ke pipinya ketika peti jenazah berisi tulang suaminya itu diturunkan ke liang lahat.
Dia hanya diam sepanjang pemakaman.
Baca juga : Ambillah Mobilnya, tetapi Jangan Nyawa Suamiku
Sejumlah rekan seprofesi korban juga hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Tri.
Satu bulan berlalu barulah hasil tes DNA keluar. Polda Sumsel lalu memastikan bahwa benar adalah tulang belulang milik Tri yang menjadi korban perampokan.
Zulkifli Ahmad (54), paman korban, menuturkan, keluarga telah mengikhlaskan kepergian Tri yang tewas di tangan empat perampok dan pembunuh.
Keluarga berharap, kedua pelaku yang telah ditangkap, Bayu Irmansyah (20) dan Tyas Dryantama (19), dihukum seberat-beratnya.
"Kami minta minimal hukuman seumur hidup atau hukuman mati. Karena keponakan kami ini sudah minta ampun, tapi nyawanya tetap dihabisi oleh empat pelaku,” kata Zulkifli setelah pemakaman.
Baca juga : Satu Pembunuh Sopir Taksi Online Terlacak setelah Posting Foto di Facebook
Sebelumnya diberitakan, Tri Wiyantoro (44) dikabarkan menghilang selama lebih dari satu bulan setelah mengantar penumpang yang diterimanya dari aplikasi taksi online Go-car.
Setelah dua pelaku, yakni Poniman (21) dan Bayu (20), ditangkap, jenazah korban kemudian ditemukan dakam kondisi tinggal tulang-belulang di semak-semak Parit 6, Desa Muara Sungsang, Kecamatan Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Jumat (30/3/2018).
Dari keterangan Bayu, akhirnya tim Ditreskrimum Polda Sumsel melakukan pengembangan terhadap dua tersangka yang lain, yakni Tyas Dryantama (19) dan Hengki Sulaiman (20).
Tyas akhirnya menyerahkan diri setelah mendapatkan peringatan keras dari polisi, sedangkan Hengki Sulaiman (20) dan Poniman tewas lantaran mencoba melawan petugas ketika akan ditangkap.
Baca juga: Kisah Hengki, Pembunuh Sopir Taksi Online dan Surat Cinta Terakhirnya