Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profauna: 38 Jenis Burung Teridentifikasi Hidup di Hutan Kediri

Kompas.com - 26/03/2018, 17:31 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Sebanyak 38 jenis burung yang beberapa di antaranya merupakan jenis burung dilindungi terungkap masih eksis di hutan afdeling Damarwulan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Identifikasi itu berhasil dilakukan oleh organisasi perlindungan hutan dan satwa liar Profauna pada Maret 2018.

"Pemantauan terakhir pada 17-18 Maret 2018," ujar Ketua Profauna Indonesia, Rosek Nursahid, Senin (26/3/2018).

Tim yang berjumlah 12 orang itu berhasil mengidentifikasi puluhan burung, yaitu Bubut alang-alang (Centropos bengalensis), Jingjing batu (Hemipus hirundinaceus), Cekakak batu (Lacedo pulchella), Kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus), paok pancawarna (Pitta guajana), serta serindit jawa (Loriculus pusillus).

Baca juga: Kelestarian Burung Maleo Terancam, Habitatnya Diganggu Aktivitas Manusia

 

Dari kelompok jenis elang ditemukan dua jenis, yaitu Elang bido (Spilornos cheela) dan Elang hitam (Ictinaetus malayensis).

Sedangkan beberapa jenis satwa yang termasuk dilindungi yaitu Cekakak sungai (Todhiramphus chloris), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), Paok pancawarna (Pitta guajana), Cekakak batu (Lacedo pulchella), Madu sriganti (Nectarinia jugularis), Madu sriganti (Nectarinia jugularis), Takur tenggeret (Psilopogon australis), Takur tohtor (Psilopogon armillaris), Takur tulung tumpuk (Psilopogon javensis), Takur ungkut ungkut (Psilopogon haemacepahala), Elang bido (Spilornos cheela), dan Elang hitam (Ictinaetus malayensis).

Hasil pendataan itu membawa angin segar, terutama bagi upaya pelestarian alam. Musababnya, keberadaan beberapa burung tersebut, terutama di wilayah Jawa Timur, sudah cukup jarang, misalnya jenis burung serindit jawa dan paok pancawarna.

Rosek mengaku gembira. Bahkan perjumpaannya dengan burung serindit itu, menurut dia, merupakan perjumpaan pertama di alam setelah terakhir bertemu 10 tahun yang lalu di wilayah Malang selatan.

Burung serindit merupakan jenis burung yang termasuk keluarga nuri kecil. Saat ini keberadaannya di alam liar sudah cukup jarang dan semakin berkurang, di antaranya karena ulah manusia sendiri.

Baca juga: Hobi dengan Burung yang Membawa Anwar Sadat Meraih Gelar S-2

Sayangnya, kedua burung itu, baik serindit maupun paok pancawarna, termasuk jenis yang masih sering diperdagangkan di pasar burung karena keindahannya. Padahal, kedua jenis burung tersebut masuk kategori yang dilindungi.

Perilaku penangkapan burung di alam untuk diperdagangkan itu menjadi pemicu semakin langkanya berbagai jenis burung di habitat alaminya. Berbagai macam burung yang dulu umum dijumpai kini semakin jarang, seperti burung kacamata, bentet, dan prenjak.

Rosek mengungkapkan, selama ini Profauna terus melakukan kegiatan pendataan satwa liar di alam atau disebut dengan Wild Animals Watching (WAW). Bahkan, hal itu dilakukan secara rutin setiap bulan yang dilakukan oleh para pendukung Profauna di berbagai daerah.

Kegiatan itu bertujuan untuk memupuk rasa cinta satwa liar yang hidup di alam bebas. Selain itu, sebagai sumbangsih informasi bagi pelestarian satwa liar.

Dalam waktu dekat, Rosek menambahkan, pihaknya juga akan mendata satwa liar yang ada di wilayah lereng Gunung Kelud dan kawasan Gunung Wilis di Kediri.

"Rencana pendataannya juga tahun ini," tutur Rosek.

Kompas TV Tinggi permintaan usaha ternak burung “love bird” diminati lantaran menjanjikan keutungan dengan modal kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com