Selama perjalanan di Indonesia, Wiebe bercerita pernah mengalami masalah di Surabaya, yaitu terjebak banjir sehingga baterai terendam air dan rusak.
Dia harus tinggal di Surabaya hingga dua bulan dan menunggu teknisi khusus yang didatangkan dari Belanda untuk memperbaiki kerusakan.
Saat ini, sambung dia, tidak banyak negara yang menggunakan mobil listrik sehingga butuh waktu lama untuk mengubah kebiasaan orang dari mobil bensin ke mobil listrik. Apalagi banyak yang meragukan mobil listrik bisa melakukan perjalanan jauh.
Saat ini, menurut Wiebe, mobil listrik terbanyak ada di Norwegia, hampir 50 persen dari jumlah kendaraan yang ada. Sementara di Belanda baru 2 persen dari pasar yang ada atau sekitar 100.000 mobil listrik.
(Baca juga : Setelah Bus, Moeldoko Rencanakan Mobil Listrik Perdesaan yang ?Murah? )
"Di Indonesia sudah mulai ada mobil listrik dan saya sempat bertemu dengan bapak Dahlan Iskan berbicara tentang mobil listrik. Sekarang di jalanan kita lihat banyak kendaraan menggunakan bensin berlalu lalang. Boros energi," tuturnya.
"Ini perlu dapat perhatian karena untuk keberlangsungan energi. Saya ingin mengajak genersi muda lebih peduli dengan isu ini termasuk juga pada pemerintah. Saya sudah membuktikan dengan mengendarai mobil listrik ini ribuan kilometer," jelasnya.
Di Banyuwangi, lelaki lulusan mahasiswa Art and Economic, di University of Art in Utrecht akan tinggal selama dua malam dan akan mendatangi beberapa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang ada di Banyuwangi.
"Saya suka bertemu dengan orang-orang baru dan belajar hal-hal baru," jelasnya.
Perjalanan Wiebe Wakker melintasi 31 negara bisa dilihat di akun instagram pribadinya @plugmeintravel dan ditulis juga di website plugmeinproject.com.