BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wiebe Wakker (31), warga negara Belanda, selama dua tahun ini berkeliling dunia untuk mengkampanyekan mobil listrik ramah lingkungan.
Dia telah mengendarai mobilnya sejak 15 Maret 2015 dari Belanda dan telah melewati 31 negara. Dia telah melalui daratan Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia sejauh 60.000 kilometer.
Saat di temui Kompas.com di Hotel Sahid Osing Banyuwangi, Rabu (14/3/2018), Wiebe bercerita jika dia masuk Indonesia sejak 15 Desember 2017. Ia masuk dari Malaysia ke Pontianak, Semarang, Yogyakarta, Solo, Ngawi, Surabaya, Pasuruan, Jember dan Banyuwangi.
Kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali, Lombok, Sumbawa, Timor Leste, dan rencananya perjalanannya akan berakhir di Australia.
(Baca juga : Porsche Investasi Mobil Listrik Rp 100 Triliun )
"Saya tidak sedang balapan mobil jadi tidak manargetkan akan sampai Australia kapan. Saya menikmati setiap perjalanan. Mempromosikan mobil listrik yang ramah lingkungan. Berbicara dengan banyak orang dengan perusahaan terkait misi kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi," jelas Wiebe.
Normalnya, dibutuhkan waktu sekitar 12 jam hingga baterai mobil penuh. Jika baterai penuh bisa untuk menempuh perjalanan sejauh 200 kilometer per jam dengan kecepatan maksimal 180 tanpa AC.
Namun dia mengaku pernah mengisi baterai mobilnya hingga empat hari, hal tersebut karena ada perbedaan kualitas alat listrik yang digunakan.
Mobil tersebut awalnya adalah mobil berbahan bakar bensin yang kemudian dimodifikasi menjadi mobil listrik dengan biaya 40.000 euro.
"Ini mobil sponsor dan saya hanya membawa beberapa baju, kabel untuk mengisi baterai, kamera, ATM, serta perlengkapan untuk memperbaiki mobil," jelas lelaki yang suka makan sate ayam ini.
Jika memungkinkan, dia juga memilih menghindari perjalanan pada malam hari agar bisa berisitirahat dan mengisi baterai mobilnya. Dia bercerita beberapa kali menginap dan tidur di dalam mobil jika tidak menemukan penginapan.
Dia juga beberapa kali berhenti untuk mengambil gambar aktivitas masyarakat atau pemandangan yang dianggap menarik. Dia baru mengganti ban mobilnya sebanyak dua kali.
Dia harus tinggal di Surabaya hingga dua bulan dan menunggu teknisi khusus yang didatangkan dari Belanda untuk memperbaiki kerusakan.
Saat ini, sambung dia, tidak banyak negara yang menggunakan mobil listrik sehingga butuh waktu lama untuk mengubah kebiasaan orang dari mobil bensin ke mobil listrik. Apalagi banyak yang meragukan mobil listrik bisa melakukan perjalanan jauh.
Saat ini, menurut Wiebe, mobil listrik terbanyak ada di Norwegia, hampir 50 persen dari jumlah kendaraan yang ada. Sementara di Belanda baru 2 persen dari pasar yang ada atau sekitar 100.000 mobil listrik.
(Baca juga : Setelah Bus, Moeldoko Rencanakan Mobil Listrik Perdesaan yang ?Murah? )
"Di Indonesia sudah mulai ada mobil listrik dan saya sempat bertemu dengan bapak Dahlan Iskan berbicara tentang mobil listrik. Sekarang di jalanan kita lihat banyak kendaraan menggunakan bensin berlalu lalang. Boros energi," tuturnya.
"Ini perlu dapat perhatian karena untuk keberlangsungan energi. Saya ingin mengajak genersi muda lebih peduli dengan isu ini termasuk juga pada pemerintah. Saya sudah membuktikan dengan mengendarai mobil listrik ini ribuan kilometer," jelasnya.
Di Banyuwangi, lelaki lulusan mahasiswa Art and Economic, di University of Art in Utrecht akan tinggal selama dua malam dan akan mendatangi beberapa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang ada di Banyuwangi.
"Saya suka bertemu dengan orang-orang baru dan belajar hal-hal baru," jelasnya.
Perjalanan Wiebe Wakker melintasi 31 negara bisa dilihat di akun instagram pribadinya @plugmeintravel dan ditulis juga di website plugmeinproject.com.