Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Ini Alami Depresi karena Pikirkan Biaya Sekolah Adiknya

Kompas.com - 23/02/2018, 22:01 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com -Tacim, seorang remaja berusia 19 tahun asal Dusun Babakan, Desa Gembongan, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengalami depresi karena memikirkan biaya sekolah adik dan ekonomi keluarganya. Tacim yang menjadi tulang punggung keluarga mengalami stres sejak sebulan lalu.

Semar, kepala Dusun Babakan, mengatakan, Tacim kedapatan sering melamun. Dia sangat mengkhawatirkan pendidikan adiknya dan ekonomi keluarganya.

"Kalau lihat kucing, dia lari ke atas pohon. Saat saya tanya, dia hanya bilang takut adiknya enggak bisa sekolah, takut keluarganya enggak bisa makan. Soalnya, bapaknya memang sudah tua," kata Semar, Jumat (23/2/2018).

Semar menceritakan kisah Tacim itu kepada calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat dicegat di Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari. Dedi pun kemudian diajak untuk melihat kondisi keluarga Tacim.

"Saya ada terima kabar. Katanya, ada Kang Dedi Mulyadi lalu buru-buru saya cek, ternyata benar. Tadi langsung saja saya bawa menemui Tacim. Saya minta doa dari Kang Dedi buat Tacim, atau barangkali Kang Dedi ada solusi," katanya.

Baca juga : Cerita Bocah 5 Tahun yang Sampai Sakit karena Ingin Bertemu Dedi Mulyadi

Semar mengatakan, ia dan warga lainnya berusaha untuk menyembuhkan Tacim. Bahkan ia menggalang dana bantuan dari warga untuk pengobatan Tacim. Namun dana yang terkumpul tidak banyak. Akhirnya, pihak keluarga terpaksa menjual kambing milik Tacim untuk biaya berobat.

"Sudah tiga kali dibawa ke dokter jiwa sampai jual domba, sempat udunan warga tapi belum cukup juga," katanya.

Semar kemudian mempertemukan Dedi Mulyadi dengan keluarga Tacim. Saat ditanya Dedi, keluarga pemuda lulusan SMP itu tidak terlalu mengetahui kondisi Tacim yang sebenarnya.

"Enggak tahu (depresi), cuma bilangnya takut si enok (adiknya) tidak bisa sekolah, itu saja," kata ibu Tacim, Erni (48).

Untuk meringankan beban psikologinya, Dedi Mulyadi kemudian meminta keluarganya untuk memeluk Tacim. Dekapan dari sang adik, khafifah dan ibunya diyakini Dedi dapat meringankan beban psikologis yang diderita oleh Tacim.

"Nok, peluk kakakmu, dia hebat, dia takut kamu gak sekolah sampai jadi begini. Ibu, peluk anaknya, doakan semoga cepat sembuh. Insya Allah segera sembuh," kata Dedi.

Dedi mengatakan, ada banyak kasus mirip Tacim di Jawa Barat. Seorang remaja "dipaksa" untuk menjadi tulang punggung keluarga. Hal itu menyebabkan kondisi kejiwaannya makin berat.

"Bandingkan dengan anak seusianya yang lain. Umur segitu sudah menjadi tulang punggung keluarga, jadi depresi dan stres. Kasus ini banyak terjadi di Jawa Barat," ujarnya.

Baca juga : Kisah Perjuangan Hidup Pria Gagu Ini Bikin Bupati Purwakarta Menangis

Karena itu, Dedi berpendapat Jawa Barat harus memiliki banyak rumah sakit jiwa yang didirikan di setiap daerah untuk mengatasi kasus orang depresi.

"Di setiap karesidenan harus ada rumah sakit jiwa, Tacim masih bisa diobati dan masih berada di lingkungan keluarganya. Lihat mereka yang diterlantarkan, jadi nanti tidak ada orang stres di Jawa Barat yang terlantar," tandas Dedi.

Kompas TV Dedi menilai hal itu merupakan dukungan karena adanya hubungan kedekatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com