Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lulus Sekolah", Elang Brontok Segera Kembali ke Alam

Kompas.com - 21/02/2018, 07:20 WIB
Dani Julius Zebua,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Seekor elang brontok (Nisaetus cirrhatus) berkelamin jantan segera kembali ke alam. Berkat kerja sama multipihak, yaitu Badan Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, serta sejumlah organisasi lingkungan peduli satwa, elang itu akan dilepasliarkan ke Taman Hutan Rakyat Bunder di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Wira, begitu elang jantan dewasa ini dinamai. Pelepasliaran Wira rencananya berlangsung pada 25 Februari 2018.

“Rencananya akan ditinjau langsung oleh Dirjen KSDAE Ir Wiratno. Sekaligus soft launching kandang rehabilitasi kita yang baru di sana (Bunder),” kata Andie Chandra Herwanto, Pengendali Ekosistem BKSDA DIY, Rabu (21/2/2018).

BKSDA menerima elang brontok ini dari tangan warga pada 2013. Mereka kemudian menitipkan elang ke Wildlife Rescue Center (WRC) Yogyakarta yang berada di Wates, Kulonprogo. Sebagai salah satu lembaga konservasi, WRC memfasilitasi banyak satwa kembali ke alam.

Rosalia Setiawati dari Divisi Konservasi WRC mengatakan bahwa elang sudah berumur dewasa dan fisik sehat ketika masuk rehabilitasi. Namun, elang tampak agak jinak sehingga perlu banyak upaya untuk membangkitkan kembali insting sebagaimana satwa liar agar bisa kembali ke alam bebas pada saatnya nanti.

Elang ini mulai berlatih mengenal pakan-pakannya berupa mamalia kecil, seperti tikus, kadal, tokek, sesekali marmut, hingga tupai, di WRC.

“Kita memfasilitasi agar elang punya ketajaman insting dan perilaku liar sehingga siap kembali ke alam,” kata Rosalia.

Baca juga: Belum Ada Izin dari Presiden, 3 Ekor Elang Jawa Diamankan

Empat tahun "belajar", keahlian memangsanya mumpuni, serta kesehatan baik, elang brontok pun siap dilepasliarkan. FKH UGM bekerja sama dengan Profesor Martin Wikelski dari Max Planck Institute for Ornitology Jerman bekerja sama untuk memantau pasca-pelepasliaran ini. Oleh karenanya, mereka memanfaatkan satelite tracker yang dipasang pada elang itu.

Alat itu bekerja dengan cara mengirimkan data ketinggian jelajah, wilayah jelajah, kecepatan terbang, hingga suhu lingkungan. Persiapan pemasangan satelite tracker sendiri berlangsung di Selasa siang.

“Alat bekerja dengan cara mengirimkan data ke satelit, kemudian ke server, dan dapat diunduh melalui web tertentu. Alat ini menggunakan tenaga surya sehingga dapat bertahan lama dua sampai tiga tahun selama mendapatkan sinar matahari yang cukup,” kata Muhammad Tauhid Nursalim dari Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Setelah pemasangan satelite tracking, elang brontok mesti melalui masa habituasi di kawasan Tahura Bunder. Habituasi merupakan tahap adaptasi elang pada calon lingkungan barunya.

Satelite tracker juga pernah dimanfaatkan pada pelepasliaran sebelumnya. Alat serupa pernah dipasang pada elang yang dilepasliarkan di Gunung Picis, Ponorogo, Jawa Timur.  

Elang brontok merupakan salah satu jenis elang yang dilindungi berdasar Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Baca juga: Kurang Sehat, Seekor Elang Jatuh ke Atap Rumah dan Dievakuasi BKSDA

Perburuan liar

Meski tidak detail, Muhammad Tauhid Nursalim mengungkapkan data yang pernah dipublikasi sebuah yayasan konservasi elang, bahwa ratusan elang berbagai jenis diperjualbelikan melalui online selama 2017.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com