Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Hanya Berucap Allahuakbar, Lalu Loncat ke Laut"

Kompas.com - 31/10/2017, 12:45 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Suasana Subuh, Minggu (29/10/2017), di luar dugaan Ruslan Bibit. Ia yang saat itu berada di dek paling atas Kapal Motor Dharma Kencana II rute Semarang-Pontianak, terkejut karena asap pekat dari kobaran api tiba-tiba muncul.

Ketika penumpang semakin banyak yang naik ke dek atas kapal untuk memperoleh pelampung dan memulai evakuasi, suasana semakin riuh.

Melihat situasi tersebut, pria asal Demak itu pun akhirnya nekat terjun ke air dari ketinggian sekitar 25 meter, mengikuti sebagian kaum lelaki yang sudah tak tahan berada di atas kapal.

"Api sudah sampai situ. Aku mau ngantre turun dari tangga, kelamaan. Masih ada perempuan banyak. Jadi orang-orang pada loncat, saya ikut loncat. Pokoknya saya kalau enggak hidup, ya mati. Gitu aja," kata dia, pada Kompas.com di ruang rawat inap kelas I RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Selasa (31/10/2017).

"Sebagai orang Islam, saya hanya berucap Allahuakbar. Saya lalu loncat ke laut," tuturnya.

(Baca juga : Hilang 5 Hari, Penumpang Kapal Tenggelam di Alor Ditemukan Tewas)

Ruslan memperkirakan, api mulai menjalar tubuh kapal sekitar pukul tiga. "Jadi setengah lima baru kelihatan orang banyak. Ruangan kapal sudah enggak kelihatan. Kru kapal sudah (memerintahkan) naik ke atas, naik ke atas, kebakaran," jelasnya.

Evakuasi penumpang KM Dharma Kencana II di Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Senin (30/17/2017)Kompas.com/Budi Baskoro Evakuasi penumpang KM Dharma Kencana II di Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Senin (30/17/2017)
Ruslan mengaku tak mampu bergerak banyak saat berada di air. Ia sepenuhnya mengandalkan pelampung di leher untuk mengapung, sampai susah payah naik ke kapal lain.

"Saya enggak tahu jatuhnya gimana. Ketika di air hanya tangan saja yang bisa saya gerakkan. Otot rasanya sudah ngumpul jadi satu," tutur pria yang bertolak ke Pontianak untuk mengantarkan mobil di wilayah Sanggau itu.

Akibat terjun itulah, pria 59 tahun ini, mengalami trauma tulang punggung, sehingga tak dapat banyak bergerak. Saat turun dari kapal, ia dipapah.

Usai diperiksa tim medis di Pelabuhan Kumai, Senin (30/10/2017), ia langsung dirujuk ke RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun.

(Baca juga : Penumpang Kapal Tenggelam: Kami Sudah Pasrah dan Kami Semua Menangis)

Akhmad Faozan, Direktur RSUD Sultan Imanuddin mengatakan, Ruslan harus lebih dulu menjalani fisioterapi satu atau dua hari.

"Insya Allah enggak ada apa-apa yang lain-lain. Karena ini terjun saat benturan. Walaupun air, kalau tinggi sekali ya lumayan sakit," ucap Faozan.

Evakuasi penumpang KM Dharma Kencana II di Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Senin (30/17/2017)Kompas.com/Budi Baskoro Evakuasi penumpang KM Dharma Kencana II di Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Senin (30/17/2017)
Akibat harus mondok di rumah sakit, Ruslan kini menjadi satu-satunya korban kebakaran KM Dharma Kencana II yang belum dipulangkan.

Beruntung, ia masih punya kerabat di Pangkalan Bun. Sobikin, kerabatnya asal Demak yang sudah sepuluh tahun tak jumpa. Dialah yang kini menemani Ruslan selama dirawat.

Sementara penumpang lainnya, terakhir diterbangkan Selasa (31/10/2017) pagi ke Semarang, Jawa Tengah. Kebanyakan mereka adalah para sopir dan kernet yang semula hendak mengantarkan kendaraan atau mengirim barang ke Bumi Khatulistiwa.

Sebagian lainnya bekerja di sana. Saat ini ia hanya ingin menenangkan diri dulu. 

Kompas TV Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti menenggelamkan 33 kapal asing pencuri ikan di Natuna, Kepulauan Riau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com